Senin, 09 Juli 2012

Menanam di Dunia Maya, Memanen di Kebun


NutriSari mengajak para pengguna media sosial untuk menanam buah dan sayur secara virtual di Social Garden. Namun, secara real NutriSari juga menyediakan lahan seluas 4,9 hektare untuk menanam tanaman tersebut dan mendonasikan hasil panennya sebagai bentuk strategi CSR marketing-nya.

Konsep integrasi antara kegiatan corporate social responsibility (CSR) dan bisnis perusahaan, khususnya kegiatan marketing (CSR marketing), saat ini sudah marak dilirik para pelaku bisnis. Pasalnya, bila kegiatan CSR marketing dapat berjalan secara terarah dan efektif sesuai dengan tujuan perusahaan, tentu ada keuntungan strategis yang akan diperoleh perusahaan, baik dari sisi reputasi, ekuitas merek, maupun peningkatan penjualan. 

Uniknya, kolaborasi keduanya yang kerap terjadi di ranah offline kini merambah ke dunia online. Alhasil, media online menjadi tempat pertempuran baru bagi para pelaku bisnis yang gencar membangun reputasi dan merek lewat berbagai media berbasis biaya rendah. Hal serupa juga telah dilakukan NutriSari dengan mengelola “Nutrisari Social Garden” di media sosial.

“Kegiatan CSR marketing di media sosial menciptakan komunikasi dua arah antara perusahaan dan konsumen. Dengan begitu, efek viral yang didapat berperan meningkatkan awareness dan menumbuhkan citra positif perusahaan untuk mendapatkan kepercayaan dan dukungan dari masyarakat, khususnya konsumen NutriSari,” jelas Norma Sari Dewi, NutriSari Brand Manager PT Nutrifood.

Kegiatan marketing online sendiri sebetulnya telah dilakukan NutriSari sejak tahun 2009 lalu, pada aplikasi berbasis website dan microsite—termasuk media sosial. Memanfaatkan media online tersebut, NutriSari mencoba memperkuat positioning dan mempersonifikasikan diri sebagai “Fruit and Vegetable Expert” dengan menyampaikan pentingnya mengonsumsi buah dan sayur, manfaat buah dan sayur, sampai cerita menarik di balik buah dan sayur. Penyampaiannya dilakukan lewat konten yang telah diakui secara ilmiah melalui jurnal-jurnal yang dapat dipercaya. Dan dalam pengembangan konten, ada departemen khusus yang mendukung, yaitu Nutrifood Research Centre.

Memasuki tahun 2011, NutriSari kembali meluncurkan NutriSari Social Garden sebagai gabungan dari aktivitas online dan offline untuk meningkatkan awareness NutriSari sebagai ahlinya buah dan Sayur. Selain memperkuat positioning, keberadaan Social Garden merupakan bentuk kontribusi terhadap program petani binaan kebun NutriSari di Sentul agar bermanfaat bagi masyarakat luas. “NutriSari ingin mengombinasikan kegiatan online melalui media sosial dan kegiatan offline di kebun buah-buahan dan sayuran organik yang disediakan,” terang Dewi.

Secara online pengguna Social Garden dapat merasakan permainan dan pengalaman baru menanam buah dan sayur secara virtual dengan konsep yang real, yaitu memainkan aplikasi ini di dalam Facebook: NutriSari atau Twitter: @NutriSariID. Cara memainkannya, pengguna harus memilih jenis tanaman yang disukai, seperti bayam, caisim, kangkung, pakcoi, selada, dan srikaya. Kemudian pada tahap berikutnya, pengguna memilih NutriGardener, yakni Nuri atau Trisa yang akan merawat tanaman sampai pada tahap panen. 

Singkatnya, mulai dari memilih pohon buah dan bibit sayur, menyiram, memupuk, mencabut rumput, membasmi hama, memangkas daun, membungkus buah, sampai memilih gardener untuk mengurus tanaman, semuanya dilakukan di media sosial. Pengguna akan mendapatkan poin dalam setiap aktivitas merawat tanaman yang dilakukan. Poin tersebut dapat dikumpulkan, diakumulasi sampai level tertentu. Lalu, 50 orang yang mencapai level tertinggi akan mendapatkan hadiah paket dari NutriSari berupa bibit tanaman dan produk. 

Namun, apabila pengguna kurang rajin merawat tanaman, poinnya akan dikurangi dan level dapat mengalami penurunan. Setiap melakukan aktivitas, pengguna akan mendapatkan poin. Antara lain, menyiram mendapatkan 5 poin, memupuk 40 poin, basmi hama 50 poin, cabut rumput 20 poin, pangkas daun 50 poin, bungkus buah 50 poin, dan poin ekstra bila membantu tanaman tetangga. “Setiap hari tanaman harus disiram, dua minggu sekali dipupuk, seminggu sekali disiangi,” jelas Dewi.

Di saat bersamaan, secara real tanaman di Social Garden sebenarnya akan ditanam dan dirawat di kebun NutriSari yang berada di Sentul, Jawa Barat. Dalam aktivitas ini, NutriSari menyediakan lahan seluas 4,9 hektare untuk ditanami buah dan sayur. Dan sebagai bentuk kegiatan CSR perusahaan, NutriSari menyumbangkan sayuran dan buah hasil panen ke yayasan sosial yang membutuhkan. Sampai saat ini, ada tujuh yayasan sosial yang telah menerima sumbangan berupa buah dan sayur organik hasil dari kebun NutriSari.

Dalam pengembangannya, e-marketing NutriSari, yaitu Facebook dan Twitter, dilakukan oleh internal, baik dalam personifikasi, strategi building brand, sampai ke pembuatan konten. Sementara pengembangan Social Garden bekerja sama dengan pihak luar, yaitu VirtualID. Saat ini, Facebook: NutriSari telah memiliki sekitar 56.000 fans, sedangkan Twitter: @NutriSariID memiliki jumlah follower terbanyak, yaitu 73.000, untuk produk sejenisnya. “Tercatat 14.887 orang telah berkebun di Social Garden,” ungkap Dewi.

Selain itu, NutriSari telah merambah ke media sosial lain, yaitu Instagram (@NutriSariID) dan Pinterest (NutriSari) yang baru digarap di awal tahun ini. NutriSari mengembangkan media sosialnya sebagai wadah CSR marketing merupakan bentuk totalitas dalam setiap tahapan pengembangan strategi dan operasional yang diusung dengan konten berbeda, dapat dipercaya, dan bukan menjual produk belaka, tetapi lebih mendekatkan diri kepada fans dan follower melalui hal-hal menarik. (Majalah DIGITAL MARKETING/Moh. Agus Mahribi)