Sabtu, 26 Mei 2012

Promosikan Indonesia Lewat “Kumi”

Komunitas Mozilla di Indonesia jumlahnya telah mencapai 3 juta lebih. Para Mozillian ini juga  telah melahirkan maskot Firefox kelima yang diberi nama Kumi dan pertama di dunia yang berbentuk papertoy.

Mozilla Firefox atau “Si Rubah Api” sebagai aplikasi perambah dunia maya mungkin sudah tidak asing lagi bagi para pengguna internet. Sejak kemunculannya empat tahun lalu, aplikasi yang dapat diunduh secara gratis di mozilla.com kini banyak digunakan pengguna internet di seluruh penjuru dunia. Alhasil, kehadirannya mulai diperhitungkan oleh para pendahulunya seperti, Internet Explorer, dan Google.

Kehadiran Mozilla Firefox telah mengurangi dominasi Internet Explorer sebagai penguasa mesin pencari di internet. Mozilla Firefox sebagai perangkat lunak open source, kini memberikan warna baru di dunia browser di tanah air dengan menawarkan keterbukaan, inovasi, dan partisipasi para penggunanya. Di Indonesia sendiri, Mozilla Firefox mulai mendapatkan tempat istimewa bagi perambah dunia maya, bahkan para penggunanya sudah membentuk komunitas sendiri.

“Penetrasi pengguna Firefox di Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami pertumbuhan yang signifikan. Browser besutan Mozilla ini sangat powerful dalam membantu setiap kegiatan dan aktivitas yang berhubungan dengan dunia maya. Fungsionalitasnya bisa diperluas dengan penambahan berbagai macam add-on, tema, plugin dan skrip. Terpenting platform ini sangat aman, terpecaya, dan cepat,” kata Viking Karwur Mozilla Representative Mentor.

Nah, semakin meningkatnya pengguna inilah  yang  menjadi latarbelakang  terbentuknya komunitas Mozilla Indonesia pada 2004 lalu. Tujuannya, sebagai jembatan berbagi informasi, dan interaksi sesama penggunanya. Tak mengherankan bila Mozilla Indonesia tidak memberlakukan keanggotaan secara khusus dalam berorganisasi. Pasalnya, siapa pun pengguna Firefox berkesempatan berkolaborasi dalam dalam setiap kegiatan komunitas, baik online maupun offline

Ini sesuai dengan visi dan misi dari Mozilla Foundation, sebagai organisasi nirlaba yang mendukung dan memimpin platform Firefox. Benang merah yang dibentangkan ke seluruh komunitas Mozilla Indonesia adalah kepercayaan bahwa internet adalah sumberdaya publik yang harus tetap terbuka dan diakses oleh semua orang.

“Jutaan orang di Indonesia menggunakan Firefox. Mereka inilah yang dianggap sebagai anggota komunitas Mozilla Indonesia,” jelas Yofie Setiawan, Mozilla Representative. Yofie juga bercerita pengalamannya bergabung ke komunitas Mozilla Indonesia dikarenakan memang telah lama memakai Firefox. Kemudian, baru bergabung dalam komunitas menimbang platform ini memiliki fitur-fitur yang tidak didapat dari platform browser lainnya.

Aktivitas komunitas Mozilla Indonesia tidak seperti  komunitas online kebanyakan yang kerap melakukan ‘kopi darat’ (kopdar), tetapi melakukan meet up dan launch party setiap Mozilla merilis versi terbaru. Biasanya, dengan mengundang seluruh pengguna platform browser ini. “Di sini mereka akan mendapatkan informasi mengenai aplikasi, bertemu dan berbagi satu sama lain,” tambahnya.

Aktivitas online yang dilakukan Mozilla Indonesia adalah menerjemahkan bahasa dengan melibatkan kreativitas para mozillians (pengguna Mozilla Firefox) secara aktif. Setelah rampung menerjemahkan dari bahasa Inggris ke Indonesia, saat ini Mozilla Indonesia sedang menyiapkan proyek untuk menerjemahkan bahasa Inggris ke bahasa daerah (Sunda). Kegiatan lainnya, Mozilla Indonesia membuat pesona Firefox, salah satunya membuat maskot Mozilla Indonesia yang disebut “Kumi” (Kumpulan Mozila Indonesia), dengan tampilan rubah api menggunakan pakaian khas penari kecak, Bali.

Maskot ini membawa misi tertentu yang cukup penting, salah satunya menjadi alat memasarkan dan mensosialisasikan penggunaan Firefox di Indonesia, sekaligus menjadi duta untuk mengenalkan Indonesia di tingkat dunia. Mozilla Indonesia, merupakan negara pertama di dunia yang membuat maskot dalam bentuk papertoy. Sejauh ini, baru ada lima maskot Firefox di dunia, yakni dari Amerika Serikat, Taiwan, Cina, Jepang, termasuk Indonesia. “Kami sedang mempersiapkan Kumi dengan baju daerah lainnya, sebagai upaya memperkenalkan kebudayaan Indonesia kepada masyarakat dunia,” ungkap Viking.

Sedangkan kegiatan offline yang dilakukan Mozilla Indonesia, salah satunya launch party. Tahun ini, Mozilla Indonesia kembali melakukan Mozilla Firefox Launch  Party di delapan kota besar di Indonesia. Tujuh kota di antaranya masuk top ten penyelenggaraan terbesar dari kota-kota lain di dunia. Sebagai contoh, saat penyelenggaraan di Kota Yogyakarta. Panitia menargetkan jumlah peserta launch party sebanyak 500 orang. Ternyata, antusiasme pengguna dan komunitas Mozilla sangat luar biasa, hingga peserta mencapai lebih dari 700 orang.

Semua acara ini dapat dihadiri secara gratis, tanpa dipungut biaya. Yang harus dilakukan adalah melakukan reservasi di alamat  http://www.meetup.com/firefox/. Viking menambahkan, pemilihan tema Firefox Launch Party ini sedikit berbeda dengan Mozilla global yang mengusung “Team Firefox” karena lebih mengambil tema lokal, yakni “Browser Rakyat”. Tujuannya, menggambarkan betapa dekatnya Mozilla Firefox dengan masyarakat Indonesia. Apalagi, Indonesia merupakan negara terbesar kedua di Asia yang mengunduh Firefox dengan mengusai market share mencapai 80%. Tercatat, hingga saat ini jumlah pengunduh Firefox 4 telah mencapai 115 juta, sekitar 3 juta di antaranya berasal dari Indonesia.

Di masa mendatang, komunitas Mozilla Indonesia akan terus mengenalkan perangkat lunak yang dimiliki Mozilla. Sebab masih ada perangkat lunak lainnya yang belum dikenal oleh masyarakat Indonesia secara luas, seperti Mozilla Thunderbird, Mozilla Drumbeat, dan  Mozilla Web World yang kesemuanya gratis untuk diunduh. Termasuk juga mendatangkan tokoh-tokoh Mozilla yang kompeten dalam membantu pengembangan Mozilla Firefox di Indonesia.

Sebagai informasi, tahun 2010 komunitas Mozilla Indonesia berhasil mendatangkan Mitchell Baker selaku Chairperson Mozilla Foundation. Sedangkan tahun 2011, tokoh yang telah didatangkan ialah para engineer Firefox. Antara lain,  Gen Kanai (Contributor Engagement Team & Director of Asia Business Development), Luke Wagner (JS Engine Engineer), Christian Legnitto (Firefox Release Manager), David Anderson (JS Engine Engineer), David Mandalin (JS Engine Engineer), dan Joshua Aas (Macintosh Developer for Firefox). “Mozilla Indonesia, akan terus mendatangkan  tokoh-tokoh penting Mozilla dan berkompeten dalam pengembangannya,” tandas Yoffie.  (Majalah DIGITAL MARKETING/Moh. Agus Mahribi)

Kamis, 17 Mei 2012

Artav: Antivirus Besutan Anak Bangsa, Sudah Diunduh di 95 Negara

Semakin banyak antivirus diciptakan, salah satunya Artav Antivirus. Aplikasi lokal ini kabarnya memiliki kemampuan jauh lebih cepat dalam mendeteksi virus dan menghapus beragam virus lokal, aplikasi programnya pun lebih ringan sehingga tidak membebani kinerja komputer. 

Tak bisa dipungkiri komputer begitu bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari manusia. Keberadaan teknologi ini mampu membantu, mempermudah, dan mempercepat segala aktivitas dan pekerjaan banyak orang. Namun ironisnya, masih ada sebagian orang tidak memahami bagaimana menjaga dan mengamankan komputer mereka dari serangan virus. 


Nah, apa jadinya bila virus sudah bersemayam di komputer? Tentu akan membuat pusing dan kesal para pengguna komputer, sebab virus dapat menghilangkan data atau bahkan merusak perangkat lunak pada komputer. Itu pula yang dialami Arrival Dwi Sentosa, pencipta “Artav Antivirus”. Pasalnya, serangan virus telah merusak motherboard komputer kesayangannya, sehingga secara perlahan rusak dan mati total. 

Padahal saat itu Arrival sedang giat-giatnya membuat code game untuk dijual kepada teman-temannya. Rasa kesal dan pengalaman kurang menyenangkan inilah yang mendorong Arrival berinisiatif membuat Artav Antivirus. Dibantu kakaknya, Taufik Hidayat Utama, embrio Artav mulai dikembangkan dengan menggunakan komputer usang milik keluarga. “Artav Antivirus ini diambil dari gabungan nama kami berdua, Arrival-Taufik (Artav),” ungkap siswa kelas 2 SMP Negeri 48, Bandung, yang akrab disapa Ival.

Kemampuan Ival dalam membuat antivirus memang patut diacungi jempol, lantaran pengagum Bill Gates dan B.J. Habibie ini tidak pernah mengecap pendidikan formal ilmu komputer atau kursus programming. Istimewanya, hanya bermodalkan buku dan internet yang menjadi pedoman dan “guru pembimbing”, antivirus tersebut dapat dirampungkannya dalam kurun waktu tiga bulan. 

“Buku pertama yang kami miliki adalah Menjadi Dokter Virus dan selanjutnya kami belajar dari beberapa buku dengan dibantu forum diskusi online. Setelah Artav Antivirus siap, lalu dibagikan ke teman-teman untuk diuji coba. Pastinya, dipakai oleh kami karena memang tujuan pembuatan antivirus ini hanya untuk konsumsi sendiri,” kenang Ival. 

Namun, dalam perjalanannya, Artav Antivirus mendapatkan respons yang cukup baik dari masyarakat. Tak pernah diduga Ival, antivirus besutannya telah mengundang antusiasme para pengguna komputer dan pemerhati software. Buktinya, Artav Antivirus telah diaplikasikan oleh lebih dari 413 ribu orang, dan mendapatkan peringkat 4 ½ bintang hasil test editor Bst Download, termasuk penghargaan dari Softpedia.com sebagai antivirus 100% bebas dari malware, adware, dan spyware.

Meskipun Artav murni hasil kreativitas anak bangsa dan dikembangkan di Indonesia, antivirus berbasis visual basic ini cukup mumpuni dalam melawan virus lokal ataupun global. Faktanya, Artav sudah diunduh oleh para pengguna komputer di banyak negara di dunia. “Pengunduh Artav tersebar di 96 negara, sedangkan virus yang bisa dideteksi sekitar 1.500 virus dengan komposisi 65% virus lokal dan 35% virus global,” ungkap Ival.

Tampilan Artav bisa dikatakan masih sangat sederhana, tetapi soal performa, antivirus ini bisa diandalkan karena didukung oleh fitur-fitur dan data base virus yang terus terbarui. Sebut saja, “ART HybScan”, yaitu fitur terbaru pada Artav dengan system scan hybrid yang dapat membuat kecepatan, ketepatan, ketelitian, dan keakuratan pada scanning. Ditambah, “ART Lock” yang akan otomatis membuat folder di Drive C:\ Eksteksi Hidden dan berfungsi juga untuk menyimpan file virus yang dikarantina dari infeksi atau serangan virus.

Fitur lain yang cukup menarik adalah “Ads and Popoup Blocker”, yaitu fitur untuk menghapus atau memblokir ads (iklan) dan popup pada saat penguna sedang berselancar di dunia maya. Artav juga menawarkan “ART Repair”, berfungsi untuk memperbaiki registry, hidden file, dan process. Mengenai data yang rusak, para pengguna tak perlu khawatir, Artav menyiasatinya dengan “Repair Infected Document” untuk memperbaiki file document yang sudah terinfeksi oleh virus dan diubah ekstensinya. 

Sayangnya, kendati Artav terbilang cukup ampuh dan telah digunakan oleh banyak orang, penggunaannya masih bersifat nonkomersial. Untuk mendapatkan Artav Antivirus ini, pengguna bisa mengunduh di situs web Artav secara gratis, ataupun bila menginginkan fitur-fitur lebih pengguna bisa melakukan donasi guna mendapatkan Artav Premium, fasilitas standar dan Artav Advance dengan fasilitas maksimal. Hasil donasi ini digunakan untuk pengembangan Artav.

Seperti diakui Ival, sebenarnya tidak tertutup kemungkinan dalam pengembangannya Artav bekerja sama dengan pihak lain dan melibatkan investor. Rencananya pengelolaan Artav akan dikomersialkan secara profesional, sesuai cita-citanya untuk mempunyai perusahaan software IT. 

“Guna mewujudkannya kami terkendala oleh keterbatasan ilmu dan kondisi ekonomi, sehingga tidak mampu untuk ikut kursus atau belajar sesuai minat dan bakat, padahal kami sangat ingin dan bersemangat sekali membuat antivirus setingkat dunia agar dapat membantu dan bermanfaat bagi semua orang,” pungkas Ival. (Majalah DIGITAL MARKETING/Moh. Agus Mahribi)

L’Oreal Reveal: Bermain, Belajar, dan Berkarier



L’Oreal percaya untuk menjaga dan mengembangkan talenta, diperlukan tantangan dan peluang karier yang menarik. Untuk menjawab hal tersebut, L’Oreal pun menelurkan “Reveal” sebuah program perekrutan berbasis game online bagi kalangan mahasiswa.

Beragam cara ditempuh setiap perusahaan dalam mendapatkan karyawan terbaik sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan. Salah satu contohnya L’Oreal—sebuah perusahaan kosmetik terkemuka di dunia—yang memfokuskan diri pada penyediaan peluang kerja dan pengembangan karyawannya secara personal dan profesional agar bermanfaat dan berkontribusi bagi masyarakat di setiap negara, di mana pun L’Oreal beroperasi, termasuk di Indonesia.

Kiprah L’Oreal menyediakan peluang kerja di Indonesia memang tak perlu diragukan lagi. Secara konsisten L’Oreal melakukan berbagai inovasi perekrutan guna menghasilkan talenta berbakat dan berkualitas, seperti ajang “L’Oreal Brandstorm”, yang dikenal sebagai salah satu kompetisi marketing yang prestisius di kalangan mahasiswa dan akademisi. Kemudian, ada “L’Oreal e-Strat Challenge”, sebuah simulasi kompetisi bisnis online yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memainkan peran sebagai general manager dalam sebuah perusahaan kosmetik virtual.

HR Director PT L’Oreal Indonesia Restu Widiati mengatakan, L’Oreal Indonesia memiliki reputasi baik di kalangan lulusan mahasiswa. Faktanya, perusahaan tersebut telah menerima lebih dari 35.000 aplikasi kerja pada tahun 2010 lalu. Sementara, lebih dari 9.000 mahasiswa telah mendaftarkan diri dalam program Brandstorm dan e-Strat Challenge. “Kedua program kompetisi simulasi bisnis perusahaan ini telah sukses dijalankan sebagai sarana pembelajaran akademis yang efektif,” katanya.

Teranyar, program yang ditawarkan L’Oreal adalah Reveal yang merupakan hasil pengembangan dari konsep e-Strat Challenge, yakni sebuah kompetisi bisnis yang diperuntukkan bagi kalangan mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu di dunia online untuk menilai dan menggali potensi profesional mereka. Selain itu, program ini pun menjadi alat pedagogis langsung dalam memperoleh gambaran mengenai keahlian dan pembelajaran pemilihan karier para mahasiswa tersebut di masa depan.

Hadirnya Reveal memang didorong oleh perkembangan dunia maya yang begitu dekat dengan kalangan muda, khususnya media sosial dan game online yang sudah menjadi bagian dari segala aktivitas dan rutinitas mereka. Berlatar alasan inilah L’Oreal berusaha mengakomodir segala ketertarikan mereka lewat pengembangan game online yang berbeda. “Reveal diproyeksikan untuk lebih mendekatkan diri dengan kalangan muda, sekaligus mengedukasi  mereka bagaimana berkarier atau bekerja di L’Oreal,” tutur Restu.

Setiap audiens (pemain) bisa mengakses Reveal via internet, masuk bermain secara individual dan berwujud dalam karakter avatar sebagai karyawan L’Oreal di kantor pusat. Karakter ini berinteraksi dengan karyawan virtual lainnya dan menjalankan tugas serta tantangan yang diberikan sesuai dengan bidang yang dimasuki. Misal, ketika memasuki ruang marketing, pemain harus menjawab pertanyaan di bidang marketing dan tokoh-tokoh marketing seputar L’Oreal.

Nantinya, setelah menyelesaikan permainan di ruang marketing, pemain bisa memasuki ruang lainnya, seperti R & D, finance, operation, engineering, dan seterusnya. Di sini pemain akan mendapatkan poin selama proses permainan berjalan. Keahlian para pemain muncul ketika mereka belajar mengenai budaya kerja di L’Oreal dan melakoni berbagai peran dan tugas yang diberikan oleh perusahaan. Jadi, setiap pemain harus melewati keseluruhan permainan. “Yang menarik, bermain, belajar, dan berkarier terintegrasi menjadi satu dalam program Reveal ini,” ujar Restu.

Di akhir permainan, para pemain akan mendapatkan penilaian dari semua pertanyaan yang diberikan juga memperoleh evaluasi kemampuan manajerial dan teknis untuk mengetahui letak kekuatan dan kemampuan dalam menentukan karier dan bidang yang cocok bagi mereka. Selain itu, pemain akan diberikan umpan balik personal mengenai betapa pun berbeda jenis pekerjaan, para pemain akan tetap merasa nyaman bekerja di L’Oreal.

Restu menambahkan, adapun tujuan dari cara tersebut adalah untuk mendapatkan profil pemain sebagai database calon pelamar bagi perusahaan. Tentu pemain dengan poin tertinggi berkesempatan untuk diwawancara langsung oleh L’Oreal. Meskipun tidak real, tapi cukup memberikan indikasi dari penilaian. Selain menjaring kandidat bertalenta baik, program ini juga dimanfaatkan sebagai assessment bagi karyawan.

“Sebagian besar dari management trainee yang direkrut pada satu tahun terakhir sudah memanfaatkan Reveal. Manajemen menyarankan agar mereka memainkan Reveal guna menemukan kecocokan bekerja di L’Oreal dan semakin mengetahui kemampuan dalam mengambil keputusan, ataupun bagaimana cara mereka menghadapi suatu masalah dan bagaimana cara penanganannya,” papar Restu.

Sementara secara menyeluruh, program petualangan karier tersebut merupakan perwujudan dari misi L’Oreal untuk menjadi perusahaan global yang dapat dijadikan suri tauladan bagi perusahaan lain di bidang pengembangan sumber daya manusia, dengan menyediakan lapangan pekerjaan yang sehat dan kompetitif. Oleh karena itu, L’Oreal sangat mengutamakan pengembangan karier, program pelatihan yang intensif, dan pertukaran karyawan secara internasional, sekaligus membuka peluang peningkatan jabatan di jajaran perusahaan, bagi sekitar 700 orang karyawan yang dimiliki.

Tak mau sekadar jargon, L’Oreal pun merealisasikannya dengan mendedikasikan sekitar 8% dari anggaran SDM mereka untuk pelatihan dan telah menjalankan lebih dari 200 program pelatihan di tahun 2010. Selain itu, L’Oreal juga menyediakan berbagai sarana untuk program pengembangan, seperti e-learning dan berbagai workshop yang memberikan kesempatan bagi setiap karyawan untuk terus berkembang. (Majalah DIGITAL MARKETING/Moh. Agus Mahribi)

Tanamkan Kecintaan dan Kebanggaan pada Indonesia

Garuda OS melalui slogan “Go Legal, Go Local, Go Liberty” mengajak  pengguna komputer di Indonesia untuk membebaskan diri dari keterikatan pada produk bajakan dan komersial yang cenderung merugikan dan merusak citra bangsa. 


Pengeluaran biaya IT di Indonesia diproyeksi akan terus tumbuh mencapai US$ 10,2 miliar, atau sekitar Rp 92 triliun pada tahun 2015 nanti. Pertumbuhan belanja IT diperkirakan masih tetap akan didominasi oleh belanja hardware 70% dan sisanya 30% untuk software. Sayangnya, pemenuhan kebutuhan software ini masih didominasi oleh software buatan luar negeri, khususnya  sistem operasi.

Di tengah dominasi dan ketergantungan akan produk sistem operasi dari luar negeri, bertepatan dengan hari Kebangkitan Nasional pada 20 Mei 2011, IGOS Center Jakarta yang dibentuk oleh Kementerian RISTEK—guna mendukung gerakan “Indonesia, Go Open Source (IGOS)”—meluncurkan Garuda OS. Ini adalah software berbasis sistem open source yang sangat terbuka dan memberikan kemungkinan-kemungkinan yang tidak terbatas. 

“Kehadiran Garuda OS diharapkan menjadi tonggak bagi kebangkitan nasional Indonesia, minimal di bidang IT. Dengan begitu, Indonesia tidak perlu tergantung lagi pada monopoli produk sistem operasi dari luar negeri, karena sekarang telah memiliki sistem operasi sekelas buatan raksasa software Microsoft ataupun Apple,” jelas Sampurna, Official Team Garuda One.

Nama Garuda OS dipilih dengan alasan yang sangat sederhana, yaitu kebanggaan dan kecintaan pada Indonesia, sehingga pengguna komputer tidak terus terpaku lagi pada produk-produk dari luar negeri. Apalagi pengembangannya didasari keprihatinan akan situasi pengguna komputer Indonesia yang selama puluhan tahun terus terikat dan terbelenggu oleh software bajakan dan komersial.

Padahal di luar software bajakan ataupun komersial, tersedia banyak software alternatif berbasis open source yang legal dan bisa diperoleh secara bebas tanpa harus mengeluarkan biaya lisensi. Konsep open source ini memberi peluang bagi pengembang software. Jika awalnya sistem operasi hanya dimonopoli oleh perusahaan raksasa, dengan konsep ini sistem operasi tidak lagi harus dihasilkan oleh perusahaan besar dan modal besar.

Bahkan lebih dari itu, dalam beberapa hal software open source justru memiliki banyak kelebihan yang tidak bisa ditemukan di software bajakan ataupun komersial. Berdasarkan pemikiran inilah dikembangkan Garuda OS yang diharapkan bisa memberikan solusi perangkat lunak legal, murah, dan modern untuk para pengguna komputer di Indonesia. “Garuda OS merupakan bukti pengembang software Indonesia mampu membuat sistem operasi kelas dunia,” kata Sampurna.

Banyak keunggulan yang ditawarkan Garuda OS, seperti desktop modern dengan berbagai macam model (desktop 3D, desktop grid, desktop grouping, desktop search) dan disertai dengan fitur transparansi juga berbagai macam efek desktop yang menawan. Keunggulan lain, bersifat live (bisa langsung dipakai tanpa harus di-instal dulu), dan lebih fleksibel karena bisa beroperasi pada hampir semua media.

Yang tak kalah menariknya aplikasi ini bisa langsung dipergunakan melalui DVD ataupun flashdisk tanpa harus di-instal ke harddisk. Fitur ini memungkinkan pengguna untuk memiliki komputer tanpa harddisk, namun tetap bisa dioperasikan seperti biasa. Selain itu, software ini dilengkapi dengan deteksi otomatis hardware yang sangat baik, bahkan dalam beberapa hardware tidak perlu meng-instal driver karena sudah langsung siap dipergunakan.

Soal keamanan, seperti halnya Macintosh, Garuda OS memiliki sistem keamanan yang jauh lebih baik dari Windows, sehingga virus komputer lebih sulit untuk berkembang sekalipun tanpa menggunakan antivirus di dalamnya. Keunggulan lainnya, Garuda OS dibekali program aplikasi yang lebih lengkap dari sistem operasi Windows, seperti aplikasi perkantoran, internet, grafis, video, audio, animasi, edukasi, permainan, dan lain-lain. “Versi Garuda OS berikutnya akan hadir sekitar pertengahan tahun 2012,” ujar Sampurna.

Mengubah paradigma masyarakat mengenai software bajakan dan komersial memang bukan perkara mudah. Oleh karena itu, kampanye Garuda OS berbunyi “Go Legal, Go Local, dan Go Liberty”. Slogan ini merupakan ajakan kepada para pengguna komputer di Indonesia untuk berani menggunakan perangkat lunak yang legal, kreasi lokal, dan yang mendukung kebebasan dan kemandirian penggunanya.

Seperti diketahui, para pengguna komputer di Indonesia saat ini masih sangat tergantung pada penggunaan perangkat lunak ilegal (bajakan) yang membuat Indonesia dimasukkan dalam daftar Priority Watch List. Selain itu, Indonesia saat ini juga sangat tergantung pada proprietary software yang umumnya produksi luar negeri. Ketergantungan pada produk luar ini pastinya akan membuat devisa negara terus lari ke luar negeri.

Jika hal ini diteruskan, Indonesia sepertinya tidak akan pernah bisa bangkit dan mandiri. “Seruan Go Legal, Go Local, Go Liberty diharapkan mengubah para pengguna komputer di Indonesia untuk membebaskan diri dari keterikatan pada produk bajakan yang dapat merusak citra negara dan produk komersial yang cenderung menghabiskan devisa negara,” tambah Sampurna.

Bagi yang tertarik bisa mengunduh dan menggunakan Garuda OS secara bebas (free). Dan mereka yang mau mendukung pengembangan lebih lanjut dan mau berpartisipasi pada kegiatan sosialisasi serta promosi dapat memberikan donasi terlebih dahulu dengan keuntungan mendapatkan dukungan teknis dari tim Garuda OS.

Dalam pengembangannya Garuda OS sangat aktif menjalin kerja sama dengan pihak akademisi dan pemerintah, seperti Kementerian Kominfo dan Kementerian Perindustrian. Salah satu kegiatan yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat adalah “Gerakan 1 Juta Garuda OS untuk Pendidikan Nasional Indonesia”. Gerakan ini bertujuan memperkenalkan Garuda OS pada generasi masa depan bangsa dengan mengusung semangat legal, local, liberty, dan membawa Indonesia ke arah yang lebih baik dan lebih bersih.  (Majalah DIGITAL MARKETING/Moh. Agus Mahribi)