Senin, 11 September 2017

Mimpi Besar, Serap Seribu Tenaga Kerja

Desain yang unik, cantik, dan menarik membuat produk Naditha Creation mendapat tempat di bisnis produk kreatif. Tak hanya di pasar domestik, produknya pun digemari masyarakat di negeri jiran, Singapura dan Malaysia.




Hobi atau kegemaran setiap orang tentu berbeda-beda. Demikian pula dengan Ellies E. Chusnadi yang hobi mengoleksi dan membuat kotak hadiah dan kemasan cantik. Namun, siapa sangka dari hobi tersebut mantan guru sekolah dasar ini sukses meraup ratusan juta rupiah per bulan.

“Awalnya suka mengumpulkan dan membuat kotak pembungkus menggunakan kertas-kertas karton yang dihias dengan kuntum bunga, daun kering, atau pita-pita warna untuk wadah kue, permen, atau hadiah ulang tahun anak,” kenang Ellies.

Tanpa disadari jumlahnya semakin banyak, kemudian timbul ide untuk menjualnya dengan mengikuti bazar di Bidakara pada tahun 1996 memakai merek “Naditha Creation”. Produk pertama yang diproduksi dan dijual adalah kerajinan tangan berupa gantungan kunci dan frame foto, sedangkan kotaknya hanya sebagai pembungkus. 

“Uniknya, pelanggan pertama bukan didapat dari pengunjung, tetapi dari sesama peserta pameran yang memesan untuk mengikuti pameran di mal-mal. Dari pameran tersebut, akhirnya didapat pesanan produk kotak kemasan dari trader untuk ekspor ke Singapura pada tahun 1998,” sebut Ellies. 

Seperti kebanyakan cerita entrepreneur, Ellies juga harus mengalami jatuh-bangun dalam menjalankan usaha. Pasalnya, trader yang telah ia percaya, kabur bersama barang dan uang orderannya. Meski sudah tertipu, ia mengaku mendapat hikmah dari peristiwa tersebut, ternyata produknya diminati pasar luar negeri dan bisa dieskpor. 

Mulailah Naditha Creation mengikuti pameran ekspor. Hasilnya cukup memuaskan, karena kembali mendapat pembeli korporasi dari Singapura dan Malaysia. Namun, perlambatan ekonomi global dalam dua tahun terakhir ini berdampak pada lesunya pasar ekspor. Setelah menjadi pelanggan setia selama 15 tahun, korporasi asal Singapura berhenti melakukan order di tahun 2015. 

Menurut Ellies, pasar Singapura merupakan lumbung penjualan terbesar Naditha Creation. Sekali kirim minimal 4.000 kotak, bahkan jika order bagus bisa sampai 10.000 kotak. “Pembeli asal Malaysia jumlah pesanannya tidak sebanyak Singapura. Apalagi ordernya hanya dua kali dalam setahun untuk Imlek dan Idul Fitri. Walaupun pesanan hanya musiman, pembeliannya masih berlanjut hingga sekarang,” bebernya. 

Fokus Garap Pasar Lokal
Lesunya pasar ekspor membuat Ellies memutar haluan membidik pasar domestik untuk meningkatkan penjualan, lantaran pasar lokal sebenarnya tidak kalah besar jika dibanding pasar ekspor. Khusus menggarap pasar lokal dan memenangkan persaingan, Ellies mengusung strategi yang memperkuat keunggulan kompetitif dan menambah lini produk. 

Produk yang dihasilkan menggunakan bahan baku berkualitas yang berasal dari sumber daya alam Indonesia, seperti kertas, kain, bambu, rotan, pandan, mendong, kulit, aluminium, dan eceng gondok. “Kami juga menyediakan layanan kustom dengan desain eksklusif. Desain pun bisa datang dari pelanggan sendiri,” sebutnya.

Sepanjang tahun Ellies mengaku dapat mengeluarkan puluhan desain baru. Untuk mencari ide desain, biasanya ia akan memanfaatkan internet mencari kotak kemasan yang sedang tren, kemudian dimodifikasi. Selain itu, ia pun gemar berburu kotak kemasan ketika berkunjung ke luar negeri untuk mengetahui kebutuhan dan tren di sana. 

“Semaksimal mungkin desain yang dihasilkan menghadirkan budaya lokal di Indonesia. Misalnya, kotak kemasan kain batik ataupun bermotif Bali. Produk dibuat menjadi lebih menarik, eksklusif, dan tak kalah dengan produk luar negeri yang saat ini banyak ditemui,” ujarnya.

Dalam kegiatan pemasaran, Ellies memilih melakukan promosi melalui pameran. Ini dinilai sebagai salah satu cara yang efektif untuk memperluas pasar. Pameran besar pernah diikuti, antara lain Inacraft dan Hong Kong Gifts & Premium Fair.

Meski pembuatannya lebih dari 80% menggunakan tangan (handmade), Ellies membanderol produknya dengan harga yang cukup terjangkau. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp10.000 sampai Rp200.000 untuk sebuah kotak. Sementara untuk produk kustom, pemesanan di bawah 100 pieces harga hampir dua kali lipat dibandingkan pemesanan 500 pieces. 

Tak hanya membidik segmen korporasi, Naditha Creation juga menyediakan produk bagi end user, berupa hantaran dan cendera mata pernikahan, serta parsel Natal, Imlek, dan Idul Fitri. Khusus paket hantaran pernikahan, harga mulai dari Rp300.000 per piece. “Omzet kami sekitar Rp100 juta per bulan, dengan komposisi penjualan lokal 80% dan ekspor 20%,” ungkapnya. 

Saat ini Naditha Creation mampu memproduksi sebanyak 10.000 pieces per bulan dengan mempekerjakan 10 karyawan. Namun, Ellies bercerita, sebelumnya ia pernah memiliki 40 karyawan tetap, bahkan pernah mempekerjakan 600 orang ketika mendapat orderan lebih dari 300 ribu kotak.

“Impian terbesar saya adalah menyerap 1.000 tenaga kerja. Hal ini sebenarnya bukan hal yang mustahil, sebab banyak korporasi besar di Indonesia yang membutuhkan kotak kemasan. Namun, sayangnya hanya sedikit yang mau melirik UKM,” jelas dia. 

Keberhasilan Ellies mengembangkan pasar ekspor dan memberdayakan masyarakat sekitar banyak mendapat apresiasi dari berbagai kalangan. Di antaranya “The Prabaswara KUKM Ekspor” yang diberikan oleh Kementerian Koperasi dan UKM Indonesia untuk dedikasi pada pengembangan ekspor di handycraft, dan penghargaan “UKM Berprestasi” dari Pemerintah Kota Bekasi. 


Moh. Agus Mahribi/Majalah MARKETING.03.2017

Jumat, 08 September 2017

Garap Minat Anak Muda dengan Produk Kustom

Segmen muda cenderung menginginkan barang yang unik dan tak pasaran. Alhasil, pelaku bisnis dituntut untuk lebih memahami minat dan kebiasaan mereka. 

Kalangan muda merupakan salah satu segmen pasar yang sangat menarik bagi dunia bisnis, termasuk bagi pebisnis fashion daring. Pasalnya, segmen muda memiliki populasi yang besar dan mereka mudah tergoda untuk membelanjakan uangnya. Apalagi mereka akrab sekali dengan gadget sehingga tertarik pada pebisnis yang sangat melek dunia digital. 

Meski punya peluang besar, segmen ini gampang-gampang susah untuk didekati dan digarap. Sejatinya pelaku bisnis dapat menggaet segmen muda menjadi pelanggan asalkan sesuai dengan minat dan kebiasaan mereka. Minat terhadap barang kustom misalnya, belakangan mulai dibidik sebagian pelaku bisnis fashion berbasis teknologi digital dengan merilis situs-situs khusus produk kustom. 

Salah satu e-commerce yang memanfaatkan peluang tersebut adalah Iwearzule.com. Situs yang membidik segmen pria usia 18−30 tahun, baik mahasiswa maupun pekerja muda ini menawarkan produk fashion seperti celana chino, jeans, jogger sweatpants. Sementara untuk atasan terdapat jaket, kemeja, dan kaos yang totalnya lebih dari 150 desain.

Founder & CEO Iwearzule Mukh. Zulqarnain Agus Rosano, mengatakan bisnis daringnya terus dikembangkan ke lini produk fashion lain seperti tas, sepatu, dan aksesori, lataran situs ini bertujuan menjadi wadah konsumen muda untuk mendapatkan semua kebutuhan fashion mereka. “Iwearzule adalah penyedia segala jenis pakaian bagi anak muda yang peduli akan penampilan dan ingin menjadi diri sendiri,” ujar dia. 

Zulqarnain yang akrab disapa Zul mengaku ide bisnisnya berasal dari pengalaman pribadi karena susah mencari pakaian yang pas dengan selera dan karakter. Dari latar belakang masalah tersebut, ia mendirikan e-commerce custom clothing, dimana konsumen bebas memilih desain yang disukai sesuai dengan selera mereka.

Yang paling penting konsumen bisa mendapatkan pakaian yang benar-benar fit dengan tubuh mereka. Dengan adanya lebih dari 5.000 kombinasi model dan warna yang disediakan oleh Iwearzule, pembeli dapat mengkustom busananya agar tampil berbeda dan eksklusif.

Sejak diperkenalkan tahun 2012 lalu, Iwearzule mengembangkan model layanan online web store yang memungkinkan konsumen melakukan kustom pakaian. “Melalui user interface, konsumen dapat melihat langsung preview pakaian yang mereka pesan baik dari desain, warna, dan ukuran,” jelas Zul.

Lantaran menyasar segmen muda, soal harga Zul menyebutkan produk kustom yang dipasarkan Iwearzule masih tergolong ramah di kantong mereka, dibanderol dengan kisaran harga mulai Rp280.000 hingga Rp314.000. Namun, konsumen bisa mendapatkan pakaian eksklusif yang diproduksi unik sesuai karakter berpakaian mereka.

Manfaatkan Media Sosial
Kendati pasarnya tidak terlalu besar, minat akan produk kustom tidak pernah habis dan terus menarik kalangan muda. Apalagi berbelanja barang kustom selalu memberi kepuasan tersendiri lantaran dapat memilih barang yang diinginkan dan mendesain sesuai kreativitas sendiri, sehingga barang jadi unik dan tak pasaran.

Ini terlihat dari e-commerce Iwearzule yang mampu menarik sekitar 2.000−3.000 pengunjung per hari, dan mendapatkan 100−200 pengguna baru yang mendaftar setiap harinya. “Saat ini pengunjung situs kami berasal dari seluruh Indonesia. Tapi, kalau dilihat perbandingannya hampir 40% pengguna berada di Jabodetabek,” sebut Zul.

Saat ini Iwearzule sanggup memproduksi (menjahit) ribuan pesanan online dari berbagai kota besar di Indonesia, bahkan ada beberapa pesanan datang dari luar negeri. Menariknya, startup yang telah mendapatkan seed investment dari personal angel investor sebesar Rp1,5 miliar pada tahun 2015 ini konsisten memberi pendampingan kepada penjahit lokal yang tergabung dalam perusahaannya.

“Kami ingin Iwearzule menjadi platform di mana desainer, penjahit, dan konsumen bertemu, sekaligus berkembang menjadi e-commerce yang memberikan layanan one stop solution. Demi mewujudkannya, kami akan fokus ke pengembangan teknologi untuk memudahkan konsumen dan membangun sistem produksi di seluruh Indonesia,” jelasnya.

Guna menjaga kepuasan pelanggan, Zul mengklaim selalu mengutamakan kualitas produk dan respons yang cepat; mulai dari pemilihan material hingga proses penjahitan dipantau dengan jeli. Produk yang dipesan akan diproses dan dikirim dalam 2−6 hari kerja, bahkan diberikan garansi uang kembali apabila produk tidak sesuai pesanan.

Dalam menggarap pasar anak muda di dunia maya, Zul pilih memanfaatkan social media ads karena segmen ini termasuk sosialita yang memanfaatkan platform media sosial dalam beraktivitas. Lewat media sosial ia mengajak dan mengedukasi konsumen akan manfaat dan keuntungan membeli produk kustom melalui kampanye “Be Yourself”.

“Kampanye ini mengajak konsumen muda untuk lebih kreatif dan berbusana sesuai keinginannya, serta berani menjadi diri sendiri. Tidak mengikuti orang lain agar terlihat keren atau kekinian,” pungkas Zul. 

Moh. Agus Mahribi (MM.04.2017)


Tonjolkan Nuansa Etnik Jawa

Usaha kerajinan tangan cukup menjanjikan keuntungan yang lumayan besar. Tengok saja Rachmad yang sukses mendulang ratusan juta rupiah dari usaha kerajinan berbahan logam dan kayu. Bagaimana ia mengelola usahanya?




Krisis moneter (krismon) yang melanda Indonesia pada tahun 1997 telah meruntuhkan kejayaan usaha kerajinan perak di Kota Gede, Yogyakarta. Banyak yang gulung tikar, termasuk Djoglo Moeljo Art usaha milik orang tua Rachmad Adi Nugroho, lantaran tak sanggup lagi membeli bahan baku pembuatan kerajinan perak yang semakin mahal. 

Pasca krismon, tepatnya di awal tahun 2000-an, Rachmad yang kala itu masih berkuliah di Universitas Gajah Mada mencoba membangkitkan kembali usaha orang tuanya yang terpuruk. Di tengah harga perak yang melambung tinggi, ia pun harus memutar otak untuk mencari dan mengganti bahan baku alternatif yang lebih murah.

“Untuk menyiasati masalah harga perak yang mahal, bahan baku dialihkan ke aluminium dan kuningan. Selain lebih murah, pertimbangan memilih kedua logam tersebut karena memiliki beberapa keunggulan yakni sifatnya ringan dan lebih kuat, minimalis, dan bergaya lebih modern serta mudah dibersihkan,” jelas dia. 

Meski melanjutkan usaha orang tua, Rachmad mengaku membangun usaha kerajinan logamnya dari nol lagi. Modal pun seadanya memanfaatkan sisa-sisa bahan baku dan stok produk yang ada, ditambah pengetahuan teknis produksi dan jaringan perajin yang sedikit banyak sudah dikenalnya.

“Keuntungannya, basis produksi sudah ada. Tinggal mengembangkan jaringan pemasaran. Stok lama yang ada dijadikan sampel dijual ke teman-teman. Produk pertama yang ditawarkan adalah cincin dan cendera mata pernikahan, kemudian hasil penjualan diputar untuk membeli bahan baku,” tuturnya.

Bisnis kerajinan tangan yang digeluti Rachmad terus berkembang setahap demi setahap. Aneka kerajinan tangan yang ditawarkan pun terus bertambah dengan menonjolkan produk-produk yang kental nuansa etnik Jawa, berupa pajangan interior dan topeng berkarakter pewayangan berbahan kombinasi logam dan kayu. 

“Hasil kerajinan tangan berbentuk wayang kini kian populer dan banyak digemari masyarakat di Nusantara karena sarat akan kearifan lokal budaya Jawa. Bahkan saking terkenalnya kerajinan tangan wayang digemari orang-orang di luar negeri. Selain mendatangkan keuntungan, ini merupakan upaya kami dalam melestarikan kebudayaan negeri sendiri,” ujarnya.

Semua produk kerajinan tangan yang dijual punya kualitas yang bisa diandalkan dan keunikan serta dibalut nuansa etnik sehingga memiliki nilai yang tinggi. Setelah wayang, Rachmad mengembangkan produk kerajinan tangan bermotif batik. Bahkan khusus untuk pasar Bali dikembangkan produk berkarakter Bali, seperti motif barong, penari bali, dan pura.

Setelah 16 tahun berlalu, Rachmad kini memiliki 20 orang karyawan yang mampu menghasilkan ribuan produk setiap bulannya. Mulai dari produk berukuran kecil hingga produk berukuran besar, meliputi piala, tas aksesori, perhiasan, dan hadiah perusahaan berbahan kayu dan logam dari perak, almunium dan kuningan, yang menyasar segmen ritel maupun korporasi. 

“Pelanggan dapat memesan sesuai model yang ada ataupun custom menggunakan desain dari mereka,” sebut Rachmad.

Harga yang ditawarkan bervariasi mulai dari Rp5.000 untuk aksesori--seperti gantungan kunci dan magnet kulkas. Sementara pajangan dan topeng logam dibanderol antara Rp100.000─Rp500.000. Produk hadiah perusahaan bisa mencapai harga Rp3 juta─Rp5 juta, tergantung pada jumlah, ukuran, dan tingkat kerumitan produk dalam proses pembuatannya.

Produk Djoglo Moeljo Art dapat diperoleh di showroom yang terletak di Jalan Kemasan 67A Kotagede, Yogyakarta. Selain itu juga di 15 toko cendera mata dan kerajinan di daerah Yogyakarta, Jakarta, Surabaya, dan Denpasar, seperti Batik Keris, Pendopo, dan Sarinah. Sementara melalui kanal online dapat diperoleh di beberapa marketplace, seperti Heritage.id dan Lazada.co.id. 

Dalam kegiatan pemasaran, Rachmad pilih melakukan promosi melalui pameran. Cara ini dinilai sebagai salah satu cara yang efektif untuk memperluas pasar. Pameran besar yang kerap diikuti Djoglo Moeljo Art adalah Inacraft, pameran kerajinan terbesar yang diprakarsai oleh ASEPHI (Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia).

Tak hanya membidik pasar lokal, Rachmad juga sudah melakukan ekspor untuk kerajinan perak ke banyak negara, di antaranya Italia, Belgia, UEA, Rusia, dan Meksiko. “Saat ini omzet bisa mencapai Rp100 juta dengan komposisi penjualan lokal 70%, ekspor 20%, dan korporat 10%,” ungkapnya. 

Angka tersebut sejatinya masih bisa digenjot lebih tinggi lagi. Namun, keterbatasan produksi membuat Rachmad kesulitan memenuhi permintaan pasar. Untuk meningkatkan kapasitas produksi dibutuhkan tenaga kerja terampil, sedangkan untuk melatih tenaga-tenaga kerja baru yang mumpuni dibutuhkan waktu cukup lama.

“Fokus kami sekarang meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi pasar domestik maupun ekspor,” pungkasnya. 

Moh. Agus Mahribi (MM.02.2017)




Kamis, 07 September 2017

Teh Kelas Dunia dengan Sentuhan Cita Rasa Lokal

Savis sukses memikat para penikmat teh premium. Merek asli Indonesia ini mampu menghasilkan teh yang sangat unik dan memberikan cita rasa yang sangat spesial. 




Selama ini kebanyakan teh premium yang beredar dan dikonsumsi masyarakat Indonesia merupakan produk impor. Ironisnya, produk tersebut menggunakan bahan baku asal Indonesia. Daun teh berkualitas hasil perkebunan di Nusantara dikirim ke luar negeri, diolah di sana, kemudian dikemas menjadi teh premium, diberi merek, dan dipasarkan kembali di sini dengan harga selangit. 

Di tengah serbuan produk impor yang kian masif, Savis mencoba meramaikan pasar teh premium. Merek lokal di bawah PT Ara Savis Sejahtera, produsen teh asal Sukoharjo, Jawa Tengah ini menawarkan sensasi teh kelas atas. 

Lily Gunawan, CEO PT Ara Savis Sejahtera, menuturkan Savis berkiprah di pasar teh premium sejak tahun 2014. Didorong oleh antusiasme untuk mengangkat keanekaragaman teh yang ada di Indonesia serta menjunjung kearifan lokal. “Savis mempersembahkan beraneka ragam teh kelas dunia dengan sentuhan cita rasa lokal,” katanya.

Menjadi pendatang baru di industri teh premium tentu bukanlah perkara mudah. Namun, berbekal pengalaman dan pengetahuan seluk-beluk industri teh nasional—khususnya teh tradisional, Lily meyakini Savis akan mendapat tempat di hati penikmat teh di Tanah Air dan mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

“Meski tergolong pemain baru, Savis memiliki benang merah dengan merek legendaris ‘Teh Kepala Djenggot’ yang sudah menancapkan kukunya di pasar teh nasional sejak tahun 1951. Pengalaman inilah yang menjadi salah satu modal kami untuk mampu bersaing dengan merek premium lainnya,” ungkap dia. 

Lily menambahkan, sejatinya sebagai produk yang dihasilkan di negara sendiri, pastinya kualitas teh Savis lebih terjaga dan tak kalah dari teh impor karena menggunakan bahan-bahan mutu terbaik yang langsung diambil dari alam Indonesia. Savis adalah satu-satunya produk yang dihasilkan produsen teh premium di Indonesia yang mempunyai latar belakang pabrikan lebih dari 65 tahun, sedangkan merek lain pada umumnya hanya dikemas ulang (repacking).

“Savis didesain menawarkan keistimewaan yang lebih dari produk premium lainnya. Bagi kami premium adalah satu kesatuan rangkaian mulai dari pemilihan bahan, proses, kemasan, rasa, dan penyajiannya yang lebih baik. Savis merupakan produk yang menggabungkan tradisi, seni, dan teknologi untuk mendukung gaya hidup sehat dan alami,” ucap Lily. 

Selain ingin mengangkat pamor teh produksi dalam negeri, pertimbangan Savis merambah ke bisnis teh premium karena melihat peningkatan kesadaran (awareness) dan kebutuhan konsumen terhadap produk berkualitas, termasuk teh sebagai minuman yang banyak dikonsumsi masyarakat.

“Masuk ke bisnis teh premium juga menjaga kesinambungan industri teh sebagai industri yang berakar dari warisan turun-temurun dan menjadi budaya masyarakat. Harapannya, tradisi minum teh di generasi mendatang tidak hilang dan mereka bangga mengonsumsi produk dan merek asli Indonesia, yang selama ini diasumsikan sebagai teh berkualitas rendah dan murah,” jelas Lily. 

Diferensiasi Jadi Keunggulan
Lily mengakui kompetisi di bisnis teh premium sangat tinggi. Alhasil, dibutuhkan diferensiasi yang kuat untuk memenangkan persaingan. Strategi ini pula yang diterapkan Savis dengan menciptakan banyak varian teh yang unik dan khas. Disesuaikan dengan karakter Indonesia, namun dapat dinikmati semua pencinta teh di seluruh dunia. 

Hampir semua jenis teh diproduksi Savis, mulai dari teh tradisional, teh putih (white tea), teh hitam (black tea), teh hijau (green tea), hingga teh oolong (oolong tea). Setiap jenis teh memiliki ragam varian, baik single origin tea untuk penikmat teh murni atau blend tea, teh racikan berbahan campuran khusus berupa buah-buahan maupun aromatik yang kaya rasa.

Keunikan yang ditawarkan, Savis menggunakan aromatik khas Indonesia, seperti daun pandan dan sereh, rempah-rempah seperti kayu manis, jahe, kapulaga, dan cengkeh. Savis satu-satunya teh yang memiliki racikan otentik dan unik yang tidak ada di pasaran, seperti Teh Krampoel—teh dengan sensasi irisan jeruk terapung yang hanya bisa dijumpai dalam wedangan di Kota Solo dan Yogyakarta—yang sekarang dapat dinikmati kapan pun dan di mana pun.

Kemudian ada varian Teh Mangga Kweni yang harum khas Indonesia, dan Royal Princess, satu-satunya teh melati tradisional yang menggunakan resep kuno dan alami. Teh dicampur dengan kuncup melati murni yang diproses lebih dari satu bulan sehingga menghasilkan wangi lembut seperti parfum mahal. Berbeda dengan teh melati yang ada di pasaran, diproses dengan flavor tambahan yang menghasilkan aroma terlalu tajam dan cepat hilang.

Savis juga memiliki White Tea Pomegranate dengan bahan teh putih yang memiliki antioksidan tinggi dan baik untuk kecerdasan otak anak. Selain itu ada Sekar Kedhaton, racikan eksotik ala keraton Solo dengan campuran teh putih premium, teh hijau yang berasal dari pohon teh yang berusia ratusan tahun, rempah-rempah eksotik Indonesia, dan kuncup bunga mawar yang aroma seduhannya membawa kita pada kecantikan putri keraton Jawa di masa lalu. Ada pula blue tea, teh berwarna biru eksotis yang dapat dicampur sebagai cocktail dan mocktail yang sangat cocok untuk kawula muda.

Tak hanya produk yang unik, Savis juga berkomitmen menciptakan produk berkualitas yang memiliki nilai lebih bagi kesehatan. Saat ini konsumen makin cerdas, mereka tidak hanya melihat kemasan tetapi juga rasa dan manfaat untuk menunjang gaya hidup modern, sehat, dan alami. Dalam memproduksi, Savis memiliki tenaga-tenaga ahli yang didukung oleh mesin produksi berteknologi dan standar mutu yang tinggi. 

Menurut Lily, umumnya teh celup yang beredar di pasaran menggunakan bahan tidak bebas klorin dan stapples (logam), yang berbahaya bagi kesehatan, apalagi jika dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama. Berbeda dengan Savis yang bebas dari keduanya. “Konsumen dapat menikmati teh Savis tanpa gula karena rasanya tidak pekat. Kami ingin mengedukasi konsumen untuk hidup sehat mengurangi konsumsi gula sebagai salah satu faktor tertinggi penyebab penyakit mematikan menurut penelitian terkini dari para ahli,” jelas Lily. 

Selain kemasan standar, Savis memiliki kemasan ekonomis untuk segmen food service dengan menghilangkan bagian-bagian yang tidak perlu, tetapi tetap mempertahankan kualitas premiumnya. “Savis menyediakan tester gratis untuk hotel, restauran, kafe kelas premium. Bagi konsumen yang ingin mencoba kenikmatan teh premium Indonesia, tersedia paket seharga Rp500.000 hanya dengan membayar Rp150.000,” pungkasnya. 


Moh. Agus Mahribi (MM.02.2017)

Rabu, 06 September 2017

Mengais Ceruk Lewat Lapak Produk Sehat

Lemonilo mencoba mengeksplorasi tren hidup sehat dengan menyediakan produk sehat dan natural yang terjangkau.



Industri e-commerce yang telah dikuasai pemain besar membuat banyak startup lokal pilih mengembangkan layanan e-commerce yang menyasar pasar khusus atau niche market. Secara khusus e-commerce model ini memberikan penawaran lebih kepada pembeli dengan menghadirkan produk unik, beda, dan menarik serta memberikan layanan pelanggan yang istimewa.

Satu lagi e-commerce “niche” yang ikut meramaikan persaingan adalah Lemonilo.com, market place yang mempertemukan penjual dan pembeli produk-produk sehat serta natural. “Lemonilo merupakan healthy lifestyle ecosystem yang terdiri dari tiga pilar, yakni market place; produk sehat dan natural; dan komunitas hidup sehat,” kata Shinta Nurfauzia, Co-founder Lemonilo.com.

Shinta bercerita, awal mula mendapatkan ide mendirikan market place Lemonilo lantaran melihat adanya kebutuhan orang sakit atau ibu hamil serta peningkatan kesadaran masyarakat atas manfaat dari mengonsumsi produk sehat dan alami sehari-hari. Namun, mendapatkan produk-produk sehat dan natural di Indonesia bukanlah hal yang mudah. Selain sulit didapat, selama ini identik dengan harga mahal. 

Lemonilo hadir untuk menjawab kebutuhan tersebut dengan menjual produk-produk yang telah melalui proses seleksi menyeluruh dan dipastikan bahan-bahan yang digunakan sehat, natural, dan aman. Sekaligus memastikan bahwa pola hidup sehat bisa dilakukan sedini mungkin dengan cara yang mudah dan harga terjangkau. 

“Produk yang ditawarkan Lemonilo harganya cukup terjangkau, karena didapatkan langsung dari produsen sehingga bisa lebih murah 20%─50% dari pesaing. Segmen yang dibidik usia 18─55 tahun, khususnya kaum milenial, eksekutif muda, dan ibu rumah tangga,” ujar Shinta. 

Ada dua kategori produk yang dimiliki Lemonilo, yakni “Food” dan “Beauty & Body”. Dalam kategori Food, beragam produk ditawarkan mulai dari bahan makanan, seperti beras, mi instan, bumbu masak, gula, bahan kue dan tepung sehat. Pelanggan juga bisa mendapatkan camilan, sayuran dan buah, minuman dan makanan cepat saji. 

“Kami juga memiliki layanan katering yang menawarkan menu sehat dan paket menu untuk pemesanan harian atau bulanan. Produk makanan Lemonilo dijual mulai dari Rp9.500, sedangkan catering mulai Rp170.000 hingga Rp2.970.000 per paket,” tutur Shinta. 



Selain makanan dan minuman, Lemonilo juga menawarkan produk-produk perawatan wajah, perawatan tubuh, perawatan rambut, dan aromaterapi di kategori Beauty & Body. Saat ini produk yang dijual di situs Lemonilo sebesar 60% merupakan produk lokal yang berasal dari merchant, seperti UKM, koperasi petani, dan petani. 

“Sisanya sebesar 40% berasal dari importir, namun kami memiliki kebijakan hanya mengimpor pada saat tidak ada produk yang ekuivalen dengan produk lokal. Saat ini ada sekitar 160 merchant yang telah bergabung di Lemonilo,” sebutnya. 

Tak hanya menyediakan produk yang menarik, Lemonilo pun menyediakan fitur-fitur yang membantu pelanggan untuk menemukan dan mendapatkan produk yang dibutuhkan. Salah satu fitur yang menjadi andalan yaitu “Manfaat Produk”. Pengunjung dapat mencari produk berdasarkan rendah kalori dan gula, sertifikat halal, ramah lingkungan, berasal dari pemberdayaan wanita, UKM dan petani.

Kendati baru diluncurkan pada Oktober 2015 lalu, Shinta mengaku Lemonilo mendapatkan respons yang baik dari konsumen. Terlihat dari jumlah pengunjung situs yang rata-rata mencapai ratusan ribu per hari, yang sebagian besar berasal dari Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Bali.

Jadi Ekosistem Gaya Hidup Sehat Terbesar
Dalam memastikan kualitas produk sehat, alami, dan aman, Lemonilo memiliki tim food analyst yang bertugas melakukan pengecekan terhadap bahan pembuatan setiap produk. Sebelum dijual di situs Lemonilo, sebuah produk akan melewati food trial dan analisis yang dilakukan oleh tim tersebut.

“Kami punya 72 daftar bahan makanan yang dilarang untuk masuk ke Lemonilo, sedangkan untuk kategori produk kecantikan dan perawatan tubuh ada sekitar 50 daftar bahan yang dilarang, sesuai acuan FDA Amerika Serikat dan BPPOM,” jelas Shinta. 

Untuk mewujudkan visi sebagai healthy lifestyle ecosystem, Lemonilo akan meluncurkan makanan dan minuman sehat serta alami yang diproduksi sendiri. Meski belum mau membeberkan produk apa saja yang akan diluncurkan, Shinta mengatakan pihaknya telah memiliki 10 produk yang dibutuhkan konsumen dan paling laku berdasarkan penjualan di situsnya.

Dari data tersebut terlihat adanya kebutuhan dari masyarakat untuk mengonsumsi produk sehat. Dengan memproduksi sendiri diharapkan harganya semakin murah. Tujuannya bukan semata berjualan, tapi memiliki misi khusus supaya produk sehat dan alami bisa menjangkau masyarakat secara luas.

Melalui peluncuran produk, Lemonilo juga ingin mengedukasi masyarakat. Nantinya di setiap kemasan akan dicantumkan secara jelas manfaat kesehatan dari produk yang ditawarkan. Harapannya tren hidup sehat di Indonesia bisa dipercepat dan dijangkau oleh semua orang.

Selain edukasi, strategi Lemonilo dalam mengampanyekan pola hidup sehat dilakukan melalui komunitas yang memiliki 50.000 anggota. Banyak komunitas yang telah dirangkul Lemonilo, seperti komunitas gym dan komunitas organic. “Target terbesar kami menjadi ekosistem gaya hidup sehat terbesar di Indonesia,” pungkas Shinta. 


(Moh. Agus Mahribi, MM.08.2017)




Berbisnis Sambil Lestarikan Budaya Betawi

Meski bukan orang Betawi asli, Nia Febriana terpanggil untuk melestarikan budaya Betawi. Melalui Romlah, ia berupaya mengenalkan kembali kuliner khas Tanah Betawi.

Salah satu kegiatan wajib yang harus dilakukan saat bepergian ke luar daerah adalah membeli oleh-oleh. Umumnya makanan atau kue-kue khas daerah dijadikan buah tangan favorit karena setiap daerah di Indonesia pasti memiliki makanan khas tradisional masing-masing. Mendapatkannya pun terbilang mudah, banyak dijual di sentral penjualan oleh-oleh.

Kondisinya tentu berbeda ketika melancong ke Jakarta. Mereka yang datang ke Ibukota untuk kunjungan kerja atau sekadar pelesiran akan sulit mencari oleh-oleh makanan tradisional khas Betawi karena jarang yang menjual. Kesulitan yang sama dirasakan pula oleh Nia Febriana ketika mencari oleh-oleh untuk pulang kampung atau saat ke luar kota.

Dari kebingungan akan kebutuhan oleh-oleh tersebut, Nia bersama suaminya, Sugeng Riyadi, mendapatkan ide untuk merintis usaha oleh-oleh khas Jakarta, dengan mendirikan toko Roemah Oleh-Oleh (Romlah) pada tahun 2015. “Selain berbisnis, kami juga ingin melestarikan dan mengenalkan kembali budaya Betawi yang selama ini sudah tergeser,” ujar Nia.

Saat memulai bisnis tersebut Nia mengeluarkan modal awal sekitar Rp5 juta untuk memesan makanan dan minuman tradisional Betawi dari tetangganya yang penduduk asli Betawi dan UKM sekitar toko Romlah. Kemudian, makanan dan minuman tersebut diberi kemasan modern agar menarik dijadikan buah tangan. 

“Romlah menyediakan makanan dan minuman Betawi jadul yang jarang ditemui, seperti biji ketapang, akar kelapa, sagon bubuk, dodol, kue satu, kembang goyang, dan bir pletok. Termasuk beragam suvenir yang mengangkat budaya Betawi, di antaranya batik betawi, kaus, gantungan kunci, tas, dan magnet kulkas,” sebut Nia.

Seiring waktu, produk pun terus berkembang baik dari kategori makanan dan minuman maupun suvenir dengan jumlah mencapai 80 SKU. Saat ini Romlah telah menggandeng sekitar 20 UKM Betawi di bidang makanan dan minuman, sedangkan produk suvenir diproduksi sendiri.


“Kami berkomitmen untuk menghadirkan produk-produk baru yang inovatif. Setiap bulan minimal lima produk baru yang keluar. Misalkan, akar kelapa hitam. Umumnya kue ini berwarna putih kecoklatan. Selain itu ada biji ketapang rasa cokelat,” ucap Nia.

Produk yang ditawarkan Romlah cukup terjangkau, mulai Rp10.000–Rp60.000 untuk makanan dan minuman, sedangkan harga paket mulai Rp110.000–Rp175.000. Khusus  produk suvenir dibanderol dari Rp10.000 hingga Rp160.000.

“Romlah sudah memiliki izin edar. Artinya, produk Romlah layak konsumsi dan lulus standar kesehatan pangan. Sebagian besar produk makanan dan minuman tanpa pengawet sehingga lebih aman buat kesehatan, dan insya Allah produk Romlah semuanya halal. Untuk sertifikat halal MUI sendiri sedang berproses pendaftaran,” ungkap dia.

Raup Ratusan Juta Rupiah
Seperti cerita wirausaha lainnya, Nia juga mengalami kesulitan memasarkan produk di awal merintis bisnis oleh-olehnya. Bahkan di bulan-bulan pertama, penjualannya masih di bawah angka Rp1 juta. Rendahnya omzet yang didapat lantaran masih mengandalkan rumah tinggalnya yang disulap menjadi toko Romlahkecil-kecilan, dan kurangnya aktivitas pemasaran yang dilakukan.

Sadar pasarnya terbatas jika hanya mengandalkan toko, Nia mulai merambah pemasaran online melalui website dan media sosial, seperti Instagram, Facebook, Twitter, dan WhatsApp. Bahkan masuk ke market place besar, seperti Tokopedia dan Bukalapak, termasuk layanan-antar makanan online, Go-Food dan Grab Food.

Hasilnya cukup efektif, setelah tiga bulan berdiri hingga sekarang omzetnya terus merangkak naik. Angkanya telah mencapai Rp100 juta, bahkan di bulan Ramadan dan musim Lebaran angkanya bisa melonjak hingga 200%. Penjualan masih didominasi kategori makanan dengan komposisi 80%, dan sisanya 20% dari kategori suvenir.

Tak hanya gencar di ranah online, kini Romlah juga telah melebarkan sayap dengan membuka cabang di Harmoni Exchange Mall. Menurut Nia, toko fisik masih sangat diperlukan, sebab masih berkontribusi cukup besar sekitar 30% dari total penjualan, meski masih di bawah penjualan melalui website dan media sosial yang mencapai 50%.

Market place menyumbang sekitar 8%, sedangkan layanan-antar makanan online sebesar 12% dari penjualan. “Nilai transaksi di toko masih jauh lebih tinggi ketimbang di online. Satu pengunjung bisa melakukan transaksi dari Rp500.000–Rp2 juta. Sementara di online hanya sekitar Rp250.000,” bebernya.

Agar lebih dekat dengan masyarakat Betawi dan dikenal pelanggan, Nia aktif mengikuti pameran yang berhubungan dengan kebudayaan Betawi, seperti Festival Condet, Festival Kemang, dan Festival Cipete Vaganza. Ia juga menempatkan kultur khas Betawi dalam desain tokonya, mulai ornamen hingga interior.

Yang tak kalah menarik, dalam interaksi dan komunikasi baik di toko maupun di media sosial, Romlah menggunakan bahasa Betawi. Termasuk menghadirkan ikon Mpok Romlah, sosok perempuan Betawi yang nyablak namun memiliki jiwa sosial tinggi dan memegang teguh norma-norma. “Mpok Romlah menjadi identitas kami dalam pelayanan. Gaya bahasanya ceplas-ceplos, tapi tetap sopan,” pungkasnya. 

(Moh. Agus Mahribi, telah dimuat di Majalah MARKETING Edisi Agustus 2017)


Rambut Tetap Sehat Meski Dalam Balutan Hijab

Rambut adalah mahkota yang paling berharga dan salah satu hal yang terpenting untuk tampil cantik. Memiliki rambut indah, bersih, dan sehat merupakan idaman para wanita, tak terkecuali wanita berhijab yang umumnya mengalami masalah rambut seperti gatal, ketombe, mudah patah, kasar, dan lepek.


Memahami akan kebutuhan perawatan rambut dan kulit kepala wanita berhijab, serta salah satu wujud kepedulian bagi keamanan dan kenyamanan wanita Indonesia. Merek lokal asli Indonesia, Sariayu Martha Tilaar menghadirkan inovasi produk khusus hijaber, yakni Hijab Hair Care Series dengan jenis rangkain produk dimulai dari shampoo, conditioner, hair tonic lotion, dan hair mist yang menggunakan bahan alami dari kekayaan hayati.

Teranyar Sariayu meluncurkan New Sariayu Hijab Intense Series Shampoo Hairfall. Setiap produk Hijab Hair Care Series punya fungsi masing-masing untuk membuat rambut semakin sehat. Sariayu Hijab Intense Series Shampoo Hairfall yang kaya akan nutrisi bagi rambut ini bekerja dengan 3 langkah intensive, yaitu merangsang pertumbuhan rambut baru kuat 78%, mengatasi rambut rontok 93% dan mengembalikan vitalitas rambut.

New Sariayu Hijab Intense Series Shampoo Hairfall hadir dalam kemasan isi 180 ml dengan tutup botol model flip yang simple sehingga lebih mudah kala penggunaan. Agar manfaatnya semakin optimal lengkapi perawatan rambut berhijab dengan varian Hijab Hair Care Series  lainnya.

Halal dan Aman
Bagi wanita Indonesia yang mayoritas muslim, standar kehalalan produk sangatlah penting untuk menjamin keamanan dan kenyamanan. Label halal menjadi faktor yang penting dalam pemilihan produk, termasuk kosmetik. Pasalnya, produk kosmetik yang digunakan langsung pada kulit akan sangat berpengaruh dalam menjalankan ibadah.

Produk Sariayu tidak hanya mempercantik, tetapi juga aman digunakan sesuai syariah hukum agama. Sejak awal Sariayu sudah menjaga keamanan dan kehalalan produknya dengan bahan-bahan dan proses yang halal sebagai wujud komitmen memberikan produk bermutu, aman, dan nyaman digunakan, khususnya untuk konsumen muslim.

Pada tahun 2012, produk-produk PT Martina Berto Tbk, termasuk Sariayu, telah mendapatkan sertifikasi halal untuk produk dan implementasi Sistem Jaminan Halal (SJH) dari LPPOM MUI. 

Sejak tahun 2016, Sariayu berhasil mendapatkan dan mempertahankan sertifikasi halal dengan status A melalui konsistensi kehalalan dan perbaikan yang berkesinambungan. 


Bahan Natural dari Kekayaan Alam Indonesia
Tak hanya halal, New Sariayu Hijab Intense Series Shampoo Hairfall menggunakan bahan-bahan yang natural dengan ekstrak kacang polong dan kedelai yang mengandung PeaVit Complex yang membantu atasi kerontokan dan kerapuhan rambut.

Salah satu penyebab kerontokan rambut adalah kekurangan vitamin C yang menyebabkan rambut rapuh dan kering. Kacang polong mengandung nutrisi vitamin C yang berperan menghambat kerontokan rambut. Ini dikarenakan folikel rambut membutuhkan vitamin C untuk meningkatkan produksi kolagen.

Manfaat lain kacang polong adalah menumbuhkan rambut. Kandungan vitamin B6, B12 dan folat membantu menciptakan sel-sel darah merah yang mengangkut oksigen ke seluruh tubuh, termasuk ke sel-sel kulit kepala yang dapat memicu pertumbuhan rambut.

Kacang kedelai yang kaya akan protein, lemak, vitamin dan mineral mengandung isoflavon yang kaya antioksidan ternyata sangat bermanfaat untuk rambut, khususnya untuk mencegah dan mengatasi kerontokan rambut. Selain itu kedelai juga mengandung lesitin yang bisa memperbaiki pembuluh arteri dan vena di kulit kepala, serta memperlancar peredaran darah.

New Sariayu Hijab Intense Series Shampoo Hairfall menggunakan bahan-bahan alami dari kekayaan alam Indonesia, sehingga shampoo ini sangat cocok bagi wanita Indonesia, baik dalam balutan hijab maupun tidak. Ayo rasakan kesegaran dan khasiatnya serta bangga terhadap kecantikan Indonesia!

Sayonara rambut rontok....!!!