Rabu, 27 November 2013

“Kaldu Ayam” yang Diminati Pencinta Fashion Sampai Selebriti


Merek Brodo, sepintas seperti nama sebuah merek asal Italia. Tapi, siapa sangka nama yang disematkan pada produk sepatu pria ini merupakan merek lokal yang dibuat di Cibadayut. Kini penjualannya rata-rata mencapai 2.000 pasang sepatu setiap bulan. Bagaimana kisah sukses membangun merek Brodo?



Sering kali kita temukan entrepreneur yang sukses membangun bisnis dari hobi. Begitu pula dengan Muhammad Yukka Harlanda yang gemar mengoleksi sepatu. Pengalaman kesulitan mendapatkan sepatu kulit ukuran yang diinginkan, belum lagi harga yang relatif mahal, memberinya ide untuk membuat sepatu sendiri.

Tak berhenti di situ, bak oasis di tengah sahara, pengalaman tersebut menginspirasi Yukka untuk mengembangkan kreativitasnya menjadi bisnis sepatu khusus kaum adam. Bermodal sebesar Rp7 juta hasil patungan bersama rekan bisnisnya Putera Dwi Karunia, mereka menyambangi perajin sepatu di Cibaduyut, Bandung, yang terkenal sebagai sentra sepatu murah.

“Kami memulai bisnis sepatu sejak tahun 2010 lalu. Pemikirannya sederhana, kalau membuat sepatu dengan desain dan merek sendiri, kemungkinannya dapat dijual dengan harga yang lebih terjangkau,” kata pria yang saat memulai bisnis masih kuliah di Institut Teknologi Bandung, jurusan Teknik Sipil.

Dari modal tersebut, diperoleh 40 pasang sepatu dengan empat desain yang referensinya didapat dari internet. Kemudian, produk mulai dipasarkan kepada orang-orang terdekat, mulai dari teman, sanak saudara, bahkan orangtua sendiri, dengan merek dagang Brodo. Meski sebenarnya penyematan merek sama sekali tidak ada kaitannya dengan produk yang dihasilkan.

“Pemberian nama Brodo terbilang konyol, karena idenya diambil dari adegan memasak sebuah komik. Kata ‘brodo’ yang dalam bahasa Italia berarti kaldu ayam, merupakan bumbu dasar dari beberapa masakan Italia. Prinsipnya, jika brodo-nya tidak enak, makanan yang dihasilkan pun tidak enak. Begitu juga dengan sepatu Brodo, bila berbusana sepatunya tidak bagus, maka ke atasnya tidak bagus pula,” terang Yukka.

Seperti kebanyakan cerita sukses lainnya, Brodo tidak langsung mudah diterima konsumen. Yukka masih sangat ingat ketika mereknya sulit terjual, bahkan di bulan pertama saja hanya terjual empat pasang. Namun, ketika mencoba menawarkan desain sepatu tersebut melalui jejaring sosial, hasilnya ternyata di luar dugaan. Banyak konsumen yang tertarik dan memesan sepatu ini.

“Sepatu Brodo dibanderol dengan harga Rp195.000 sampai Rp595.000. Segmen yang dibidik Brodo di rentang usia yang cukup lebar, antara 18–40 tahun dari kalangan kelas menengah yang menyukai produk-produk berkualitas guna memenuhi gaya hidup dan fashion mereka,” ungkap Yukka.

Fokus di Online 
Ketika memulai bisnis, Yukka melakukan segala aktivitas pemasaran baik offline maupun online untuk meningkatkan brand awareness Brodo. Namun, seiring berjalannya waktu ia pun memilih untuk fokus di ranah online. “Tahap awal memasarkan, kami berupaya memasukkan produk-produk Brodo ke seluruh distro di Indonesia, maupun department store untuk menggenjot brand awareness dengan mempromosikan ke pemilik distro ataupun mengikuti kegiatan pameran di kota-kota besar di Indonesia,” papar dia.

Sayang, meski akhirnya Brodo sukses memajang produk-produk tersebut di gerai distro dan department store, hasilnya tidak memuaskan seperti yang diharapkan. Hal ini lantaran pertumbuhan penjualannya tidak signifikan dibandingkan penjualan online melalui website dan Facebook. Secara jumlah penjualan offline memang lebih tinggi dibandingkan online; sebaliknya dari segi profit, pemasaran online masih jauh lebih bagus ketimbang pemasaran offline.

“Saat ini pemasaran online berkontribusi besar sekitar 90% dari total penjualan. Konsumen dapat membeli setiap produk Brodo di www.bro.do yang domainnya dibeli dari Republik Dominika, sedangkan untuk media sosial konsumen dapat mengunjungi Facebook: brodobrodo,” sebut Yukka.

Pertimbangan lain untuk fokus ke online, karena melihat produk-produk Brodo sudah mulai ditiru, mulai dari desain sampai merek. Untuk memudahkan konsumen membedakan produk yang asli dan palsu, Brodo hanya menjual di toko online dan gerainya sendiri. “Di sini kami lebih mengeksklusifkan distribusi pemasarannya. Rata-rata penjualan Brodo mencapai 2.000 pasang per bulan,” tambah dia.

Kinclong-nya penjualan Brodo memang tak terlepas dari dua prinsip yang diusung selama ini. Pertama, great design, yaitu setiap desain sepatu yang dihasilkan harus terkesan simpel dan unik, sekaligus terjangkau dengan kualitas dan detail yang menarik. Jumlah sepatu yang ditawarkan sudah beragam jenisnya seperti Signore, Vintage, Fontana, Uno, dan Alpha dengan outsole yang menarik berupa motif nusantara ataupun batik parang.

Kemudian, kedua, great service dengan memberikan layanan yang mampu menjamin kepuasan konsumen. Tak banyak pelaku bisnis online yang berani seperti Brodo memberikan layanan penukaran sepatu secara gratis jika ukuran tidak sesuai, walaupun sudah dipakai. Layanan lainnya, Brodo memiliki layanan servis jika sepatu rusak.

Sandhy Sondoro dan Glenn Fredly Ikut Memasarkan
Celebrity endorser dipandang memiliki keunggulan atraktif yang membedakannya dari individu lain dan mampu memengaruhi konsumen untuk menggunakan produk yang dipakainya, dan identik dengan merek itu sendiri. Ini pula yang dilakukan Yukka. Tanpa pengetahuan mengenai aturan brand endorser, dengan percaya diri ia mencoba merangkul musisi papan atas, Sandhy Sondoro dan Glenn Fredly untuk turut memasarkan produknya.

“Kerja samanya sederhana, tanpa kontrak eksklusif. Artinya selama Sandhy Sondoro mau menggunakan produk-produk Brodo, kita akan memberikan kepadanya. Ketika melihat Sandhy Sondoro menggunakan sepatu Brodo,  siapa sangka, ternyata Glenn Fredly pun tertarik menggunakan sepatu ini,” jelas dia.

Soal aktivitas pemasaran yang akan dilakukan dalam waktu terdekat, Yukka mengatakan akan memanfaatkan para celebrity endorser untuk menampilkan performa mereka di suatu panggung, tetapi penonton yang datang harus menggunakan sepatu Brodo ataupun produk lainnya. Selain itu, rencana mendatang akan dibuat video koleksi khusus Sandhy Sondoro dengan produk Brodo. Pasalnya, selain sepatu, Brodo juga sudah melebarkan sayap bisnis ke produk dompet, tas, dan pakaian khusus pria, karena adanya permintaan dari konsumen. (Majalah MARKETING/Moh. Agus Mahribi)

1 komentar:

  1. Ayo bergabung dengan bolavita , hanya disini yg bisa depo via
    Ovo dan tidak ada jam off line nya mempermudah member tidak
    perlu ke ATM lagi... dengan promo2 yg sangat menarik tanpa ribet
    langsung diberikan ^^ sabung ayam jago

    info lbh lanjut :
    whatup : +628122222995

    BalasHapus