Kamis, 03 April 2014

Pelopor Abon Khusus Bayi


Berbekal keinginan agar bermanfaat bagi orang banyak, Oktavia Hasim sukses memanfaatkan potensi daerah dan masyarakat lokal dalam mengembangkan bisnis abon bayi yang digeluti.

“Jangan mencoba untuk menjadi orang yang sukses, lebih baik mencoba untuk menjadi orang yang berguna” Kata-kata bijak dari Albert Einstein yang tertera di laman website Abon My Baby, bisa jadi ini yang menginspirasi Oktavia Hasim dalam meraih sukses dibisnis kuliner dan menjadi produsen abon bayi pertama di Indonesia.

Perempuan asal Probolinggo ini menceritakan, usaha tersebut dimulai dengan coba-coba dan kenekatan. Pasalnya, meski tidak memiliki pengalaman berbisnis dan pandai memasak ia tetap bertekad menekuni usaha di bidang kuliner. “Di daerah saya banyak budi budidaya ikan lele. Potensi besar inilah menginspirasi saya untuk mengembangkan pengolahan ikan lele agar memilliki nilai tambah,” ujar dia.

Menggunakan bahan baku yang banyak dan murah itu, Oktavia terus bereksperimen menjadikan beberapa penganan, termasuk abon ikan lele. Berbagai cara dilakukan untuk mencari racikan bumbu dan proses pengolahan abon lele, baik dari buku resep ataupun internet yang kemudian dimodifikasi untuk menghasilkan abon yang pas.

Ternyata, abon ikan lele yang dihasilkan bertekstur lembut, sehingga bisa dikonsumsi oleh balita delapan bulan ke atas. Dari sinilah akhirnya jadi abon My Baby, merek abon yang diproduksi Oktavia, dengan modal pertama sebesar Rp5,2 juta. “Pemilihan nama My Baby, supaya konsumen lebih mudah mengenal dan mengingat. Bisnis ini makin serius saya geluti dengan mendirikan perusahaan bernama Pradipta Jaya Food pada 8 Maret 2011,” imbuhnya.

Pertimbangan Oktavia untuk fokus di kuliner khusus bayi karena lebih mudah dari segi penjualannya. Lantaran setiap ibu pasti akan mencoba memberikan makanan yang bergizi tinggi untuk balitanya. Berapapun uang yang dibutuhkan, mereka akan rela merogoh koceknya, tapi tentunya mereka akan berhati-hati dalam memilih makanan bagi buah hati mereka, bukan berupa makanan siap saji yang mengandung bahan kimia, tetapi makan bayi yang benar-benar terbuat dari bahan alami dan bergizi.

“Berbisnis di bidang usaha makanan bayi memang lebih rentan, lebih sensitif, dan benar-benar harus hati-hati. Abon My Baby tidak menggunakan minyak, non MSG dan rendah lemak. Saya hanya memakai bahan alami, seperti ikan, bawang, garam dan gula,” ujar pemenang Wirausaha Muda Mandiri 2013 pada kelompok pascasarjana dan alumni di kategori boga.

http://abonmybaby.blogspot.com/
Keunggulan abon My Baby, bukan hanya menggunakan bahan alami, tetapi juga memiliki kadar protein yang cukup tinggi dari hasil pengujian laboratorium Universitas Brawijaya, Malang. Komposisi nutrisi dan gizi yang terkandung dalam abon My Baby sekitar 48,9% karbohidrat, lemak 20%, dan sisanya protein. 

Seperti cerita sukses lainnya yang diwarnai kegagalan. Hal ini juga yang terjadi pada Oktavia. Pasalnya, respon pertama masyarakat terhadap abon My Baby tidak seperti yang diharapkannya, tidak banyak orang yang mau membeli abon yang diproduksinya. Maklum, belum banyak yang mengenal kegunaan dan manfaatnya, apalagi dengan kemasan ala kadarnya, sehingga di tahun pertama ia mengalami kerugian.

Kondisi ini tidak membuat Oktavia putus asa, kerugian yang diderita malahan melecut dirinya untuk lebih berusaha lagi dalam meningkatkan penjualan. Abon My Baby pun terus ditawarkan ke tetangga disekitar tempat tinggalnya maupun ke beberapa toko di daerah Probolinggo. Berkat kegigihan dan upayanya mengganti kemasan dari plastik ke almunium foil serta dikemas dalam kardus seperti kardus susu bayi, lamban laun abon My Baby semakin dikenal luas.

“Setelah ganti kemasan, termasuk seringnya pengenalan melalui berbagai pameran dan media online, frekuensi permintaannya semakin meningkat. Melonjaknya permintaan saya iringi dengan penambahan varian rasa abon My Baby, seperti ikan patin, sapi, ayam, ikan salmon dan dalam waktu dekat kita luncurkan varian sayur-sayuran (vegetarian). Harganya berkisar Rp 25.000 – Rp 50.000 per kemasan isi 50 gram,” beber Oktavia.

Tak hanya kebanjiran permintaan konsumen, tetapi banyak juga masyarakat yang tertarik bergabung untuk memasarkan dan meraih untung dari bisnis abon My Baby. Melihat respon masyarakat yang bagus, dia pun mempersiapkan berbagai hal untuk skema kemitraan. Bentuknya ada retailer dengan minimal pembelian 2 lusin, agen minimal pembelian 4 lusin, dan distributor minimal pembelian 20 lusin.

Tentu saja keberhasilan tersebut buah dari upaya strategi pemasaran yang diterapkan, baik dari pemasaran secara online melalui www.abonmybaby.com dan media sosial, termasuk perluasan jaringan distributor. Saat ini abon My Baby sudah merangsek ke ritel-ritel moderen, seperti Carrefour, Hokky, Cikko dan minimarket yang tersebar di Surabaya, Malang, Probolingo, Blitar, Tulungagung dan Kediri. “Saat ini Penjualan abon My Baby menyentuh angka Rp110 juta per bulan,” ungkap dia. 

Sukses mengusai pasar Jawa Timur tak lantas membuat Oktavia berpuas diri. Target jangka panjang pun telah dicanangkan, agar abon My Baby bisa dipasarkan di seluruh toko bayi dan ritel moderen di Tanah Air, seperti produk susu bayi saat ini yang mudah ditemukan. Langkah awal diharapkan distribusi abon My Baby sudah mencapai seluruh Jawa dan Bali pada tahun 2015.

Guna mewujudkan impiannya, beberapa perluasan dan pengembangan bisnis pun sudah dipersiapkan untuk meningkatkan kualitas produk meliputi bahan baku yang terfilter, proses yang berstandard, dan pasar yang tersistem pasti dengan jaringan distribusi yang memiliki rasa nyaman dan aman.

http://abonmybaby.blogspot.com/

Sebagai pebisnis, Oktavia tidak hanya memikirkan keuntungan sendiri. Ia berharap bisnis yang dikelolanya dapat memberikan dampak sosial bagi lingkungannya. Hampir semua tenaga kerja yang dimiliki berasal dari lingkungan usahanya. “Saya berharap bisa mensejahterakan masyarakat sekitar dan abon My Baby dapat dinikmati oleh setiap orang dan manfaatnya dapat berguna bagi orang banyak,” pungkas dia. 

(Moh. Agus Mahribi/Majalah MARKETING Edisi April 2014)

1 komentar: