Bisnis toko online peralatan dan perlengkapan bayi terus menjamur. Salah satunya adalah Tororo. Apakah situs ini akan meraih sukses di tengah persaingan yang cukup ketat?
Setelah sukses menjadikan Kaskus sebagai forum diskusi dan jual-beli terbesar di Indonesia, Ken Dean Lawadinata sang pendiri situs kini mencoba peruntungan di bisnis toko online dengan merilis Tororo.com. Secara khusus situs tersebut menjual perlengkapan dan kebutuhan bayi seperti susu, perlengkapan makan, popok, tempat tidur, dan aksesori.
“Tororo berasal dari bahasa Jepang yang artinya ubi. Seperti diketahui, ubi merupakan kebutuhan pangan atau makanan yang mudah diolah, bergizi, dan mengenyangkan, serta terjangkau sehingga bisa dinikmati oleh setiap orang. Sama seperti kebutuhan anak, pastinya para orangtua akan mencari yang benar-benar sesuai kebutuhan, tanpa mengabaikan kemampuan finansial mereka. Di sinilah Tororo mencoba memenuhi kebutuhan tersebut,” kata Ken.
Ide mengembangkan Tororo memang berasal dari pengalaman Ken sebagai orangtua dan banyak orangtua lainnya dalam mencari kebutuhan si kecil yang tergolong sulit dan relatif mahal. Apalagi masalah terbesar dari masyarakat kita untuk mendapatkan kebutuhan anak adalah produk berkualitas dengan harga terjangkau dan aksesibilitas ke penyedia produk.
Kondisi ini tentu memaksa para orangtua untuk membeli kebutuhan buah hati mereka dengan harga lebih tinggi. Akhirnya mereka mengorbankan dana yang bisa disimpan untuk kebutuhan lain agar mendapatkan kenyamanan dalam memperoleh produk yang diinginkan. Padahal, kenyamanan itu tidak perlu mahal.
“Tujuan jangka panjang Tororo tidak hanya penjualan, namun diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas dan standar hidup keluarga dengan memberikan akses ke berbagai macam produk berharga terjangkau. Sehingga para orangtua dapat mengelola uang dengan baik, menghemat dari apa yang seharusnya bisa mereka hemat,” jelas dia.
Guna mewujudkan cita-cita mulia tersebut, Ken terus berupaya mencari barang-barang yang paling dibutuhkan konsumen, bekerja sama dengan supplier berkualitas dan menekan harga serendah mungkin agar masyarakat di Indonesia mendapatkan harga yang paling baik juga ragam pilihan. Sampai saat ini produk yang tersedia sekitar 10.000 stock keeping unit (SKU).
“Bila situs-situs toko online yang sudah ada saat ini berfokus pada fashion, alat-alat tambahan, dan barang mewah lain, Tororo lebih fokus ke produk-produk pokok kebutuhan bayi seperti susu bubuk dan popok. Harga barang di Tororo lebih murah sekitar 15% dari toko online lainnya, ditambah ongkos kirim yang hanya Rp5.000 untuk sekali pengiriman di Jakarta,” ujar dia.
Soal segmen yang dibidik, Tororo menyasar kelas menengah-bawah, khususnya para ibu yang bekerja, karena mereka tidak memiliki waktu, sibuk mencari penghasilan buat keluarga, namun harus menjaga anak-anaknya dan mengelola keuangan dengan baik. Jadi, disediakan produk bagi kebutuhan ibu dari awal kehamilan dan pasca melahirkan serta kebutuhan anak usia 0–5 tahun.
“Produk kami bukan hanya dibeli oleh segmen menengah-bawah yang menjadi target utama. Kenyataannya ada sejumlah konsumen kelas menengah-atas juga, bahkan beberapa artis terkenal pun turut membeli dari Tororo. Alasannya sederhana, mereka mencari kemudahan dan kenyamanan untuk mendapatkan kebutuhannya,” beber Ken.
Dunia pemasaran sangat tidak lengkap dan akan sangat sulit meraih kesuksesan tanpa adanya sebuah strategi promosi yang baik. Semakin menarik promosi di mata konsumen, semakin besar pula kemungkinan menang melawan kompetitor. Jadi, tak salah bila banyak pelaku usaha rela menggelontorkan dana besar dalam kegiatan promosi.
Sedikit berbeda pandangan, Ken lebih meyakini tidak memerlukan dana promosi berlimpah dalam membangun merek Tororo. Sebagai bisnis online, Tororo tidak banyak melakukan promosi iklan media massa, bahkan tidak memanfaatkan interactive media, seperti website ataupun media sosial.
Hal tersebut didasari oleh pengalaman Ken ketika membesarkan Kaskus yang tidak pernah melakukan promosi dan kampanye ataupun mengalokasikan dana untuk beriklan. Begitu pula dengan Tororo, karena ia percaya bujet marketing dan kampanye bukan merupakan kunci untuk mencapai traffic tinggi.
“Saya percaya bahwa produk dan layanan, baik dari sisi kualitas, harga, kemudahan, dan kenyamanan dengan sendirinya akan menjadi promosi. Hasil yang diharapkan word of mouth dapat menular ke semua orang. Meski strategi ini tidak bisa diprediksi dan terkesan lambat, ini sudah saya terapkan di Kaskus dan mampu menarik 20 juta pengguna per bulan,” ungkap dia.
Apa yang disampaikan ada benarnya, sebab strategi ini juga cukup ampuh diterapkan di Tororo. Ini dibuktikan dengan jumlah pengunjung unik Tororo yang mencapai 2.000 per hari. Bahkan dalam kurun waktu kurang dari satu tahun, situs ini mampu menghasilkan penjualan sekitar Rp2 miliar dengan rata-rata pembelian Rp420 ribu per orang per transaksi.
Kendati dapat diterima konsumen, Ken mengaku mengelola bisnis toko online cukup sulit bila dibandingkan forum diskusi dan lapak jual-beli, seperti Kaskus. Pasalnya, situs forum hanya memberikan jasa layanan sehingga mudah diterapkan pada konsumen secara nasional. Sedangkan toko online mengandalkan produk sebagai jualannya dan sering terkendala dalam pendistribusian secara nasional karena masalah geografis dan infrastruktur.
Tengok saja masalah biaya kirim. Ilustrasinya, biaya kirim produk popok seharga Rp70.000 ke luar kota bisa mencapai Rp20.000. Tentu saja sudah tidak masuk akal karena ongkos kirimnya hampir 30% dari harga produk. Guna menekan ongkos kirim ini, Tororo terus melakukan upaya kerja sama dengan penyedia jasa pengiriman dan rencananya akan membangun gudang di beberapa daerah agar lebih dekat dalam pengiriman.
Ken berharap, Tororo dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di seluruh Indonesia. Target pasar yang dikejar toko online ini sebenarnya bukan masyarakat Jakarta, tetapi daerah-daerah di luarnya. “Yang paling membutuhkan produk terjangkau dan berkualitas adalah masyarakat daerah di tengah keterbatasan pilihan. Ironisnya, masyarakat daerah yang memiliki penghasilan lebih rendah dan lebih membutuhkan, pilihannya dibatasi dan harganya jauh lebih mahal,” pungkas Ken. (Moh.Agus Mahribi/Majalah MARKETING)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar