Selasa, 31 Maret 2015

Menjaga Diri Secara Online


http://justassure.com/



Membeli produk asuransi kini kian mudah. Perkembangan teknologi pun turut membuat saluran distribusinya semakin efektif.

Pada umumnya, produk asuransi disebarkan melalui dua jalur, yaitu agen dan non-agen. Sebenarnya inti dari kedua jalur itu tetap sama, yaitu bisa bertatap muka untuk bisa menjelaskan secara rinci produk asuransi yang akan kita ambil. Namun, jalur distribusi ini masih memiliki beberapa kekurangan. Percaya atau tidak, sebagian agen atau bank yang menawarkan asuransi hanya memikirkan kepentingan pribadi dan target tanpa memikirkan klien ataupun nasabah.

Menyikapi kondisi tersebut, Central Asia Financial (CAF), penyedia asuransi yang merupakan bagian dari Salim Group, menawarkan produk asuransi dengan merek Jagadiri secara langsung dengan mengaplikasikan direct-selling tanpa menggunakan jasa agen. Alhasil, nasabah terlepas dari biaya perantara yang membuat biaya premi lebih ringan.

Menurut VP Strategic Marketing Jagadiri Priska Sari Kurniawan, Jagadiri mengembangkan jalur distribusi secara direct-selling dengan fokus pada digital marketing atau e-commerce. “Inovasi ini untuk mempermudah dan mengubah persepsi asuransi yang dianggap ribet, bertele-tele, dan mahal, sekaligus menjawab meningkatnya kebutuhan gaya hidup online di masyarakat,” ungkapnya.

Melalui saluran distribusi ini Jagadiri ingin menjawab kebutuhan pelanggan akan  perlindungan instan dan langsung, jaminan proses penerimaan klaim yang mudah, serta biaya ringan dan transparan. Hal itu dibuktikan dengan cara pembelian premi di Jagadiri yang tergolong mudah.

Calon nasabah bisa mengunjungi situs www.jagadiri.co.id menggunakan ponsel pintar, komputer, ataupun tablet. Selanjutnya, pilih sendiri uang pertanggungan dan periode pertanggungan yang diinginkan dan hitung premi yang harus dibayarkan, dengan hanya memasukkan data pribadi.

Hanya dibutuhkan 4─5 klik untuk membeli, dalam waktu 6 menit e-policy akan dikirim ke e-mail nasabah. Satu hari kemudian, customer service akan menelepon nasabah untuk memastikan polis sudah diterima. “Kami ingin menjaga kepuasan pelanggan. Mereka berhak mendapatkan yang diinginkan dan harapkan atas apa yang telah dibayar,” ujar Priska.


Selain mudah membeli asuransi, Jagadiri juga memberikan kemudahan dalam urusan klaim dengan jaminan pembayaran klaim maksimal 14 hari kerja, setelah nasabah mengirim dokumen. Lantaran berbasis digital, Jagadiri menyediakan fitur e-Self Care bagi nasabah untuk menelusuri sejauh mana pengajuan klaimnya diproses sampai pembayaran.

Mengenai target pasar, Priska mengatakan Jagadiri menyasar kalangan muda usia 28─35 tahun SES A─B, dengan produk-produk asuransi yang memiliki sifat-sifat muda, dinamis, dan inovatif. Salah satu produk yang ditawarkan adalah asuransi kesehatan dengan merek Jaga Sehat Plus.

Melalui produk ini, nasabah akan mendapatkan manfaat perlindungan kesehatan dan jiwa, sekaligus penawaran pengembalian premi yang akan dibayarkan sebesar 50% setiap periode tiga tahun, baik ada maupun tidak ada klaim. Jaga Sehat Plus pun memiliki fitur cashless sebagai metode klaim, tidak perlu dilakukan reimbursement untuk biaya rawat inap dan itu sudah termasuk down payment (DP).

Pembayaran dapat dilakukan langsung di rumah sakit yang ditunjuk dengan cara menggesekkan (swipe) kartu Jaga Sehat Plus yang telah dimiliki. Jagadiri sudah bekerja sama dengan 400 rumah sakit di seluruh Indonesia,” beber Priska.

Selain itu, nasabah berhak mendapatkan beragam diskon di merchant-merchant terpilih dan tiket nonton gratis di Blitz Megaplex Grand Indonesia setiap bulan di minggu pertama. Premi yang ditawarkan mulai dari Rp60.000 sampai Rp1,5 juta.

“Harga Rp60.000 boleh diklaim sebagai premi termurah sampai saat ini. Kalau ada yang lebih murah dari harga tersebut dengan manfaat dan perlindungan yang ditawarkan, kami akan membayar selisihnya,” tegas Priska.

Produk inovatif lainnya yang ditawarkan adalah Jaga Investa Flexy, yang merupakan gabungan dari manfaat perlindungan jiwa dan investasi. Melalui produk ini nasabah mendapatkan kebebasan untuk memilih sendiri penempatan dana investasi sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan.

Manfaat lain yang ditawarkan di antaranya adalah “JagaAman, yaitu manfaat perlindungan apabila nasabah meninggal dunia, cacat total atau cacat sebagian karena mengalami kecelakaan. JagaSehat, yakni manfaat perlindungan apabila nasabah menjalani rawat inap di rumah sakit, dan JagaKritis, manfaat perlindungan sebesar 100% apabila nasabah didiagnosis menderita salah satu penyakit atau kondisi yang tergolong dalam kategori kritis.

Agar pengguna tertarik mengunjungi situs Jagadiri, dilakukan pemasangan iklan digital hampir di semua portal berita dan media sosial. Kampanye juga dikombinasikan dengan kegiatan BTL. “Sejak pertama dirilis, website Jagadiri.co.id dapat menyedot pengunjung sebanyak 30.000 dalam waktu seminggu,” imbuhnya.

Saat ini Jagadiri sudah memiliki sekitar 1.000 nasabah. Namun, Priska optimistis dalam tahun pertama Jagadiri mampu mendapatkan 35.000 polis, lantaran asuransi yang dibesutnya memiliki banyak keunggulan dan kenyamanan akses perlindungan yang mudah dan cepat.


Moh. Agus Mahribi/Majalah MARKETING

Jeli Melihat Peluang


Keberanian Agung Norhasni keluar dari pekerjaannya untuk berwirausaha terbayar sudah. Kini dirinya sukses meraup keuntungan dari bisnis tas yang digelutinya. Simak seperti apa kisahnya?

Menjadi pegawai negeri sipil (PNS) masih merupakan pilihan yang paling diminati banyak orang dalam berkarier. Sebaliknya, Agung rela meninggalkan pekerjaannya setelah tiga tahun berbakti sebagai PNS di Kementerian Koperasi dan UKM, kemudian beralih menjadi wirausaha di bisnis pembuatan dan pengadaan tas.

Seperti dituturkan Agung, alasan keluar dikarenakan dirinya tidak menemukan passion sebagai PNS. “Awalnya nyaman bekerja sebagai PNS, hanya melakukan aktivitas harian dengan pola sama hingga menjadi rutinitas. Namun, lama kelamaan rutinitas ini terasa membosankan karena tidak dapat ditemukan hal-hal baru,” ujarnya.   

Masuk ke bisnis tas diakui alumnus IPB dan UI ini, tanpa kesengajaan. Pasalnya, ketika berkunjung ke pusat tas di Kecamatan Cibadak Rangkas Bitung, Banten, ia bertemu banyak perajin tas yang kesulitan memasarkan produksinya dikarenakan kurang jaringan pemasaran.

Merasa ada peluang, Agung memutuskan mencoba peruntungan di bisnis tas yang menyasar segmen korporat dengan bendera PT Ayuni Kemala pada tahun 2012. Bermodalkan jaringan yang dimiliki, ia pun mencoba memasarkan produknya ke beberapa perusahaan dan institusi pemerintah. Menariknya saat memulai bisnis, ia mencari pembeli terlebih dahulu sebelum memiliki bengkel kerja (workshop).

Ketika pesanan sudah di “tangan”, barulah ia membuka bengkel kerja pertama di Rangkas Bitung, dengan investasi sekitar Rp800 juta, yang dipergunakan untuk membeli tempat, mesin, bahan tas, dan merekrut tenaga kerja. “Samsung merupakan pelanggan pertama untuk pemesanan sekitar 50 ribu goodie bag dan sekitar 7.000 tas ransel,” kenang Agung.

Jenis produk tas yang dihasilkan Ayuni Kemala meliputi tas ransel, tas wanita, goodie bags, dompet, kantong, dan tas laptop dengan harga variatif tergantung dari model tas dan jenis bahan yang digunakan seperti dinier, dolby, kulit sintetis, kanvas, condura. Misal tas ransel berbahan D300 dan D600 dibanderol dengan kisaran harga Rp60.000 sampai Rp90.000, sedangkan tas berbahan D1680 dipatok mulai dari Rp90.000 hingga Rp200.000. Untuk bahan cordura sendiri kisaran harganya di atas Rp150.000.

Dari harga tersebut, Agung mengatakan tas buatannya masih tergolong terjangkau karena dapat menyesuaikan bujet pelanggan. Ia mengklaim tidak mengambil untung terlalu banyak, mengingat persaingan di bisnis pengadaan dan pembuatan tas cukup ketat, terutama dari pemain-pemain asal Bandung, Jawa Barat.

Kendati begitu, Agung tetap senantiasa menjunjung tinggi kualitas produk demi kepuasan pelanggan. Apalagi, ia menempatkan pelanggan di posisi yang sangat penting sehingga mereka berhak mendapatkan yang terbaik sesuai dengan slogan perusahaan “We make better bags with better price”.

Soal desain, pelanggan dapat memesan sesuai keinginan ataupun dibantu Agung sendiri. Ide desain biasa didapat dari internet, dan setiap bulannya dihasilkan 10 desain baru. Permintaan paling besar berasal dari tas ransel dan tas laptop dengan kontribusi sekitar 70%, sedangkan goodie bag menyumbang sekitar 20%. Sisanya tas perempuan, kantong, dan dompet.

“Pada umumnya pelanggan menginginkan tas dengan model bagus, harga murah, tapi awet. Yang menjadi standar pengerjaan tas, jahitan harus rapi dan kuat. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas jahitan dilakukan dengan sistem bartex yang menggunakan puluhan benang sehingga lebih kuat,” jelas penghobi fotografi ini.

Berkat menjaga kualitas, Ayuni Kemala kini telah dipercaya lebih dari 40 perusahaan besar dalam pembuatan tas, seperti Samsung, Bank Mandiri, LG, Wings Food, Mondelez, Pertamina, Indocement, Erafone. Bahkan di antaranya ada lembaga pemerintah, seperti Badan Pemeriksa Keuangan, Kementerian Pekerjaan Umum, serta Kementerian Koperasi dan UKM.

Terkait strategi pemasaran, Agung memiliki beberapa strategi dari mulai door to door ke perusahaan-perusahaan hingga menggunakan website korporat sebagai etalase produknya. Sementara dalam meningkatkan kesadaran merek, ia melakukan aktivitas BTL dengan mengikuti beragam pameran, semisal pameran UKM, bazar, termasuk Pekan Raya Jakarta (PRJ).

Selain membidik pasar korporat, Ayuni Kemala mulai merintis pasar ritel dengan mengeluarkan dua merek tas besutannya, yakni Nokken yang menyasar segmen pria khususnya pengendara sepeda motor, dan Aylayang merupakan kependekan dari Ayuni Kemaladifokuskan bagi kaum hawa.

Berdasarkan pengamatan Agung, belum ada merek tas lokal yang menyasar ke segmen pengendara sepeda motor. Kalaupun ada lebih pada tas outdoor yang didesain dan diperuntukkan bagi pendaki gunung. Satu dari dua pengendara motor biasanya menggunakan tas. Dari sini terlihat kebutuhan tas yang kuat layaknya tas outdoor.

Kalau Ayla membidik pasar perempuan karena pasarnya sangat gemuk. Itu lantaran tas sudah menjadi kebutuhan sehari-hari bagi perempuan untuk menemani aktivitas bekerja, kuliah, belanja, ataupun jalan-jalan. Sekarang baru tersedia enam model, baik untuk Nokken dan Ayla,” jelasnya.

Kendati sudah memiliki merek sendiri, Ayuni Kemala masih fokus di segmen korporat. Hal ini terlihat dari kontribusi penjualan yang masih didominasi segmen korporat sekitar 90%, sedangkan sisanya 10% menyasar segmen ritel. “Rata-rata penjualan sekitar 5.000 tas per bulan dengan omzet Rp2,2 miliar per tahun,” beber Agung.

Tentu omzet yang didapat berbanding lurus dengan kerja keras yang dilakukan selama ini. Namun, tujuan utama Agung bukan hanya menghasilkan keuntungan semata, tetapi bisa berkontribusi bagi orang banyak. Melalui usaha yang dirintis, Agung bukan hanya menciptakan pekerjaan untuk dirinya, tetapi juga memberikan kesempatan kerja bagi banyak orang.

Saat ini Ayuni Kemala memiliki dua bengkel kerja yang terletak di Rangkas Bitung dan Kebun Jeruk dengan jumlah mesin jahit sebanyak 60 unit berkapasitas produksi 3.000 tas ransel per minggu dengan mempekerjakan 14 orang karyawan tetap. Namun, bila sedang banyak pesanan, Agung bisa mempekerjakan ratusan orang di sekitar bengkel kerja ataupun memberdayakan perajin yang ada di Sukabumi dan Bogor untuk menunjang produksi.

“Pertimbangan membuka bengkel kerja kedua di Jakarta agar lebih dekat dengan segmen pasar. Pasalnya, kebanyakan perusahaan berkantor pusat di Jakarta. Jadi bagi perusahaan yang ingin mengadakan tas untuk kebutuhan promosi ataupun karyawannya tidak perlu jauh-jauh ke Bandung, karena di Jakarta juga ada,” ujar Agung sedikit berpromosi.



Moh. Agus Mahribi/Majalah MARKETING