Senin, 04 April 2016

Belajar dari Pengalaman


Jatuh bangun dalam berbisnis sudah biasa dialami Yasa Paramita Singgih. Kini namanya turut menghiasi jajaran nama pengusaha muda sukses di Tanah Air.


Siapa pun bisa menjadi pengusaha tanpa ada batasan usia, pendidikan, ataupun jenis kelamin. Keberhasilan berwirausaha adalah milik mereka yang mau bekerja keras, tekun, dan sabar. Yasa Paramita Singgih merupakan salah satu contoh nyata pengusaha yang sukses di usia muda. Bahkan cerita suksesnya telah dibuat film dokumenter Pemimpin Muda dalam Dunia Bisnis yang diinisiasi Kemenpora.

Sukses menjadi pengusaha memang tak pernah direncanakan Yasa, namun jalan hiduplah yang menuntun dia untuk bergelut di dunia bisnis. Faktor ekonomi dan keadaan orang tua yang sedang sakit membuat ia harus bekerja guna mendapatkan penghasilan. “Saya memutuskan mencari uang sendiri sejak usia 15 tahun karena membutuhkan uang untuk biaya operasi ayah yang sedang sakit,” Yasa bercerita.

Untuk mendapatkan uang, beragam pekerjaan pernah dilakoni Yasa, mulai dari kerja serabutan, menjadi MC, hingga bekerja di sebuah EO. Tepat di usia 16 tahun atau masih duduk di kelas 1 SMU, Yasa pun memberanikan diri untuk terjun ke bisnis kaus dengan memproduksi sendiri. Namun, ternyata bisnis yang digelutinya gagal total.

Tak patah arang, Yasa terus mencoba berbisnis kaus dengan menjadi reseller dari pedagang-pedagang di Tanah Abang dan memasarkannya secara online. “Barangnya ambil dulu dari pedagang di sana, kalau laku baru dibayar. Responsnya sangat bagus, baju modal Rp30.000 bisa dijual dengan harga Rp90.000─Rp120.000. Kuncinya saat itu adalah membuat foto produk yang sangat menarik dan kelihatan mahal,” jelas dia.

Keinginan Yasa untuk menekuni bisnis kaus kian hari makin kuat, sehingga ia memutuskan untuk membuat merek sendiri dengan nama Men’s Republic. Pertimbangan fokus membidik pria sebagai segmen pasar karena selama ini ia banyak mengambil kaus-kaus pria dari pedagang Tanah Abang dan sudah memiliki beberapa pelanggan loyal.

Diakui Yasa memang daya beli pria tidak sebesar wanita. Namun, permintaan produk pria tidak serumit produk wanita yang terlalu banyak mode dan cepat berganti tren. Selain itu menghadapi pelanggan pria jauh lebih mudah dan menyenangkan daripada pelanggan wanita yang banyak pertimbangan dan menawar harga.

Ternyata merek Men’s Republic berkembang sangat cepat. Bila awalnya hanya fokus memproduksi kaus, sekarang sudah masuk ke produk pakaian khusus pria. “Saat ini Men’s Republic memiliki produk pakaian mulai dari kaus, jaket, sandal, sampai sepatu. Segmen pasar Men’s Republic adalah pria kelas menengah dengan target usia 17─25 tahun, serta melek media sosial,” sebut Yasa.

Pertimbangan lain menyasar kaum pria, Yasa melihat banyak merek lokal produk pria harganya tidak masuk akal untuk kalangan kelas menengah. Ceruk inilah yang coba digarapnya dengan memberikan pilihan menarik bagi pria kelas menengah, yaitu produk berkualitas dan model premium namun harga sangat terjangkau.

Harga pakaian dipasarkan mulai dari Rp100.000─Rp350.000, untuk sepatu mulai dari Rp200.000–Rp450.000. “Dalam sebulan kami bisa menjual sekitar 500 pasang sepatu dengan model kasual yang paling laku, sedangkan untuk pakaian sekitar 150 produk dengan omzet mencapai Rp100 juta–Rp150 juta,” ungkap mahasiswa Bina Nusantara University jurusan Marketing Communication ini.

Konsumen Men’s Republic terbanyak masih berasal dari Jabodetabek, namun banyak juga dari kota besar lainnya seperti Bandung, Pontianak, Medan, Denpasar, Samarinda. Bahkan dengan dukungan perkembangan dunia online, Men’s Republic sudah dipasarkan sampai ke Hong Kong, Macau, dan Malaysia.

Soal strategi pemasaran, Yasa lebih mengutamakan pemasaran online di media sosial dan website. Namun, ia tidak meninggalkan kegiatan offline dengan rutin hadir setiap bulannya di bazar pusat perbelanjaan di Jakarta. Termasuk memanfaatkan reseller yang jumlahnya sudah lebih dari 120 reseller. Strategi ini cukup berhasil sebab satu reseller mampu mendapatkan omzet jutaan rupiah per bulan.

Di masa mendatang, Yasa akan melengkapi varian produk Men’s Republic lebih banyak lagi. Saat ini dirinya sedang memproyeksikan pembuatan celana jeans dan chino serta dompet khusus pria. Termasuk meningkatkan jumlah reseller resmi yang disebut ARMY (Authorized Reseller of Men’s Republic).

Keberhasilan Yasa memasarkan produk lantaran kepiawaiannya dalam memberikan nilai tambah bagi produk yang ditawarkan. “Kami mau Men’s Republic bukan hanya dikenal sebagai merek yang menyediakan produk fashion pria, tetapi menjadi gaya hidup para pria melalui produk yang simple, excellence, dan gentlemen,” tegas dia.

Itu dibuktikan dari warna dan desain yang sangat simple dan bermain di warna gelap saja. Soal ide desain biasanya “nyontek” dari merek luar negeri, kemudian dimodifikasi dan diubah modelnya, disesuaikan dengan konsep merek Men’s Republic oleh bagian produksi. Dalam satu tahun dapat dihasilkan sekitar 100 desain baru untuk seluruh produk.

Nilai tambah lain yang ditawarkan adalah kualitas yang sangat prima dengan memberikan jaminan garansi sepatu kembali, boleh tukar dan cash back apabila dirasa produk tidak cocok. Sementara untuk mengasosiasikan Men’s Republic sebagai merek gentlemen, dilakukan kampanye melalui media sosial seputar tips-tips khusus pria, hubungan cinta, ataupun karier.

“Ternyata edukasi ini sangat disenangi oleh follower dan menjadi viral setiap harinya. Kami juga sedang merencanakan kegiatan seperti seminar publik yang diadakan oleh Men’s Republic dengan tema Gentlemen, Relationship & Career,” ungkap Yasa. (Majalah MARKETING/Moh. Agus Mahribi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar