Senin, 04 April 2016

Raup Ratusan Juta dari Modal Kecil

Istimewa
Memulai bisnis dengan keterbatasan modal, kini Rusdi Raisa telah menjelma sebagai pengusaha produk fashion yang mampu menembus pasar mancanegara.

“Kesuksesan tidak akan pernah datang jika hanya duduk berdiam diri”. Kata-kata inilah yang memotivasi Rusdi dalam menjalankan usahanya.Meski tidak memiliki modal yang besar, pria asal Garut ini berani memulai usaha produk kerajinan kulit di tengah persaingan yang ketat.

Menggeluti bisnis produk kulit sudah dilakoni Rusdi sejak dirinya masih mengenyam pendidikan di Teknik Planologi, Universitas Islam Bandung, pada tahun 2006 lalu. Kala itu, ia gemar menggunakan produk kulit, kemudian belajar untuk menjahit sendiri. Tak dinyana, produk kulit yang digunakan cukup menarik orang di sekelilingnya, bahkan mereka mulai tertarik untuk memesan dan membeli.

“Saat memulai usaha yang terpikir di benak saya sangat sederhana, hanya mau mendapatkan uang untuk makan sehari-hari dan biaya supaya bisa melanjutkan kuliah. Upaya yang dilakukan adalah menjual tempat ponsel yang unik dari bahan kulit karena bisnis ini menjadi peluang mendapatkan penghasilan,” Rusdi bercerita.

Modal yang dimiliki Rusdi pun tergolong sangat terbatas, yakni uang sebesar Rp50.000 yang digunakan untuk belanja kulit limbah sisa potongan sebanyak 2 kilogram dan alat jahit tangan. Berkat  kreativitasnyakulit limbah tersebut “disulap” menjadi 70 tempat ponsel yang dijual seharga Rp50.000 per satuan.

“Saya meyakini bisnis yang sukses bukanlah tentang modal yang besar. Lebih penting dari itu adalah kemauan, keyakinan, dan ketekunan dalam menjalankan bisnis,” ungkap Rusdi.

Sebagaimana lazimnya memulai usaha, pada awalnya Rusdi sulit menjual tempat ponsel. Itu pun hanya terjual sekitar 1 lusin di bulan pertama. Setelah sebulan barulah tempat ponselnya habis terjual dan menghasilkan keuntungan, yang kemudian diputar untuk mencari usaha yang lebih menjanjikan keuntungan lebih besar.

Setelah melakukan eksplorasi beberapa produk berbahan kulit, pada tahun 2009, ia memutuskan untuk fokus memproduksi tas kulit dengan merek D’Russa yang merupakan singkatan dari namanya, Rusdi Raisa. “Sekarang kami fokus di produksi tas, dompet, aksesori, beserta suvenir untuk perusahaan baik luar maupun dalam negeri,” sebut dia.

Produk tas dijual Rusdi mulai dari harga Rp650 ribu sampai Rp7 juta, dompet dari Rp350 ribu sampai Rp650 ribu, sedangkan aksesori dibanderol dari Rp100 ribu sampai Rp250 ribu. Sementara model tas yang diproduksi terinspirasi dari tas-tas zaman dahulu yang sering digunakan tukang pos, masyarakat Eropa dan Amerika tahun 1930 sampai 1980-an.

“D’Russa membidik segmen pasar kelas menengah ke atas. Kalau harga yang dipatok cukup tinggi, itu karena bahan bakunya saja sudah mahal dengan menggunakan kulit pull up kualitas premium. Setiap tahunnya dikeluarkan sekitar 6–7 model tas baru yang menonjolkan tema klasik dengan motif simpel elegan sebagai karakter produk D'Russa,” terangnya.

Kerja keras Rusdi dalam membangun fondasi bisnisnya terbayar sudah. Produk yang dibesutnya sekarang sudah mendapat tempat di hati konsumen dalam negeri, bahkan sudah diekspor ke beberapa negara meski masih dalam skala kecilkarena menyesuaikan dengan kemampuan produksi. 

Istimewa
Dalam sebulan D’Russa mampu menjual sekitar 700 dompet, 250 tas, dan 1.200 aksesori dengan omzet rata-rata Rp300 juta–Rp400 juta. Rusdi memasarkan produknya melalui dua toko di Jakarta, yaitu di Epiwalk Kuningan dan Tebet Green Mall, serta melakukan pemasaran online melalui website dan media sosial.

“Komposisi penjualan D’Russa 70% offline dan 30% online. Sekarang saya sedang fokus pemasaran di Jepang. Mimpi saya nanti bisa membuka toko di Bali dan kemudian Australia,” ujar Rusdi.

Kendati sudah melakukan ekspor, Rusdi mengakui tidak semua hasil karyanya menggunakan merek D’Russa. Sebagian besar produknya akan dilabeli dan dipasarkan dengan merek pembelinya, bahkan pernah digunakan beberapa merek ternama di luar negeri.

“Melihat peluang yang ada, pengembangan D’Russa mendatang akan lebih difokuskan pada produksi atau pabrikasi karena hampir 60% produksi digunakan untuk memenuhi permintaan merek lain dan perusahaan lain, sedangkan untuk D’Russa sendiri hanya 40%,” ungkap penghobi sepeda dan mancing ini.

Untuk menjaga reputasi merek D’Russa, sejak awal merintis usaha, Rusdi terus berusaha meningkatkan kualitas agar produk kerajinan kulitnya diakui dan diterima pasar baik dalam negeri maupun mancanegara. Caranya dengan pemilihan material yang berkualitas dan servis produk, bahkan berani memberikan garansi dengan rentang masa 1–5 tahun.

Selain itu, Rusdi juga gencar berpromosi, baik dari mulut ke mulut dan media sosial, termasuk mengikuti pameran di wilayah yang berpotensi baik di dalam dan luar negeri. Di antaranya adalah pameran Inacraft, Smesco, serta event Jakarta Clothing (Jakcloth) yang rutin diadakan di Jakarta setiap tahun. (Majalah MARKETING/Moh. Agus Mahribi)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar