Jatuh
bangun dalam berbisnis sudah biasa dialami Yasa Paramita Singgih. Kini namanya
turut menghiasi jajaran nama pengusaha muda sukses di Tanah Air.
Siapa pun bisa
menjadi pengusaha tanpa ada batasan usia, pendidikan,
ataupun jenis kelamin. Keberhasilan berwirausaha adalah milik mereka yang mau
bekerja keras, tekun, dan sabar. Yasa Paramita Singgih
merupakan salah satu contoh nyata pengusaha yang sukses di usia muda. Bahkan
cerita suksesnya telah dibuat film dokumenter Pemimpin Muda dalam Dunia
Bisnis
yang diinisiasi Kemenpora.
Sukses menjadi pengusaha memang tak pernah
direncanakan Yasa, namun jalan hiduplah yang menuntun dia untuk bergelut di
dunia bisnis. Faktor ekonomi dan keadaan orang tua yang sedang sakit membuat ia
harus bekerja guna mendapatkan penghasilan. “Saya memutuskan mencari uang
sendiri sejak usia 15 tahun karena membutuhkan uang untuk biaya operasi ayah
yang sedang sakit,” Yasa bercerita.
Untuk mendapatkan uang, beragam pekerjaan pernah
dilakoni Yasa, mulai dari kerja serabutan, menjadi MC,
hingga bekerja di sebuah EO. Tepat di usia 16 tahun atau masih duduk di kelas 1
SMU, Yasa pun memberanikan diri untuk terjun ke
bisnis kaus dengan memproduksi sendiri. Namun, ternyata bisnis yang digelutinya
gagal total.
Tak patah arang, Yasa terus mencoba berbisnis kaus
dengan menjadi reseller dari
pedagang-pedagang di Tanah Abang dan memasarkannya secara online. “Barangnya ambil dulu dari pedagang di sana, kalau laku
baru dibayar. Responsnya sangat bagus, baju modal Rp30.000 bisa
dijual dengan harga Rp90.000─Rp120.000.
Kuncinya saat itu adalah membuat foto produk yang sangat menarik dan kelihatan
mahal,” jelas dia.
Keinginan Yasa untuk menekuni bisnis kaus kian hari
makin kuat, sehingga ia memutuskan untuk membuat merek sendiri dengan nama “Men’s
Republic”. Pertimbangan fokus membidik pria
sebagai segmen pasar karena selama ini ia banyak mengambil kaus-kaus pria dari
pedagang Tanah Abang dan sudah memiliki beberapa pelanggan loyal.
Diakui Yasa memang daya beli pria tidak sebesar
wanita. Namun, permintaan produk pria tidak serumit produk wanita yang terlalu
banyak mode dan cepat berganti tren. Selain itu menghadapi pelanggan pria jauh
lebih mudah dan menyenangkan daripada pelanggan wanita yang banyak pertimbangan
dan menawar harga.
Ternyata merek Men’s Republic berkembang sangat
cepat. Bila awalnya hanya fokus memproduksi kaus, sekarang
sudah masuk ke produk pakaian khusus pria. “Saat ini Men’s Republic memiliki
produk pakaian mulai dari kaus, jaket, sandal,
sampai sepatu. Segmen pasar Men’s Republic adalah pria kelas menengah
dengan target usia 17─25 tahun, serta melek media sosial,” sebut Yasa.
Pertimbangan lain menyasar kaum pria,
Yasa melihat banyak merek lokal produk pria harganya tidak masuk akal untuk kalangan
kelas menengah. Ceruk inilah yang coba digarapnya dengan memberikan pilihan
menarik bagi pria kelas menengah, yaitu
produk berkualitas dan model premium namun harga sangat terjangkau.
Harga pakaian dipasarkan mulai dari Rp100.000─Rp350.000,
untuk sepatu mulai dari Rp200.000–Rp450.000. “Dalam sebulan kami bisa menjual sekitar
500 pasang sepatu dengan model kasual yang
paling laku, sedangkan untuk pakaian sekitar 150 produk dengan omzet mencapai
Rp100 juta–Rp150 juta,”
ungkap mahasiswa Bina Nusantara University jurusan Marketing Communication ini.
Konsumen Men’s Republic terbanyak masih berasal dari
Jabodetabek, namun banyak juga dari kota besar lainnya seperti Bandung,
Pontianak, Medan, Denpasar, Samarinda. Bahkan dengan dukungan perkembangan dunia
online, Men’s
Republic sudah dipasarkan sampai ke Hong Kong, Macau,
dan Malaysia.
Soal strategi pemasaran, Yasa lebih mengutamakan
pemasaran online di media sosial dan website. Namun, ia tidak
meninggalkan kegiatan offline dengan
rutin hadir setiap bulannya di bazar pusat perbelanjaan di Jakarta. Termasuk
memanfaatkan reseller yang jumlahnya
sudah lebih dari 120 reseller.
Strategi ini cukup berhasil sebab satu reseller
mampu mendapatkan omzet jutaan rupiah per bulan.
Di masa mendatang, Yasa akan melengkapi varian
produk Men’s Republic lebih banyak lagi. Saat ini dirinya sedang
memproyeksikan pembuatan celana jeans
dan chino serta dompet khusus pria.
Termasuk meningkatkan jumlah reseller
resmi yang disebut ARMY (Authorized
Reseller of Men’s Republic).
Keberhasilan Yasa memasarkan produk lantaran kepiawaiannya dalam memberikan
nilai tambah bagi produk yang ditawarkan. “Kami mau Men’s Republic bukan hanya
dikenal sebagai merek yang menyediakan produk fashion pria, tetapi menjadi gaya hidup para pria melalui
produk yang simple, excellence, dan
gentlemen,” tegas dia.
Itu dibuktikan dari warna dan desain yang sangat simple dan bermain di warna gelap saja. Soal ide
desain biasanya “nyontek” dari merek luar
negeri, kemudian dimodifikasi dan diubah modelnya,
disesuaikan dengan konsep merek Men’s Republic oleh bagian produksi. Dalam satu
tahun dapat dihasilkan sekitar 100 desain baru untuk seluruh produk.
Nilai tambah lain yang ditawarkan adalah kualitas
yang sangat prima dengan memberikan jaminan garansi sepatu
kembali, boleh tukar dan cash back
apabila dirasa produk tidak cocok. Sementara untuk mengasosiasikan Men’s
Republic sebagai merek gentlemen, dilakukan
kampanye melalui media sosial seputar tips-tips khusus pria, hubungan cinta,
ataupun karier.
“Ternyata edukasi ini sangat disenangi oleh follower dan menjadi viral setiap harinya. Kami juga sedang
merencanakan kegiatan seperti seminar publik yang
diadakan oleh Men’s Republic dengan tema Gentlemen,
Relationship & Career,”
ungkap Yasa. (Majalah MARKETING/Moh.
Agus Mahribi